Mohon tunggu...
Vincentius Wishnu
Vincentius Wishnu Mohon Tunggu... Psikolog - Karyawan swasta yang mencoba mencari dan memaknai sebuah gagasan yang menarik untuk kembali ditaburkan hal baik ke sekitar

Cancer Boy Interest in human, educationm and people development

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Dampingi dan Bimbing Remaja dengan 5 Hal Sederhana

10 Desember 2015   00:50 Diperbarui: 11 Desember 2015   02:48 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat pagi kompasianer dan seluruh pembaca yang turut aktif dalam membaca artikel-artikel yang terdapat di website kompasiana. Pada postingan artikel sebelumnya, saya berbagi pengalaman dan sedikit pengetahuan tentang anak. Kali ini, saya ingin membagikan pengetahuan dan pengalaman seputar remaja.

Beberapa minggu sebelumnya, banyak sekali berita dari berbagai media di Indonesia diwarnai dengan kabar dari sidang MKD. Menjadi sesuatu yang menarik bagi saya saat mengikuti berbagai berita dari sidang MKD, salah satunya berita dari media online. Banyak artikel bertebaran di media online yang menuliskan dalam bentuk reportase, feature, dan opini. Satu yang menarik bagi saya saat membaca beberapa topik artikel beserta status dan kicauan di jejaring sosial yang kurang lebih mengungkapkan demikian “Hai Mahasiswa Kemanakah Dirimu”.

Memang di berbagai situs jejaring sosial saat itu banyak sekali bertebaran kicauan dan status dengan nada menghujat persidangan yang dilakukan MKD. Bahkan hashtag dengan #MKDBobrok menjadi sebuah trending topic di jejaring sosial twitter. Salah satu pengguna twitter yang cukup banyak menanggapi kasus ini dengan memberikan hashtag MKD bobrok adalah penduduk usia muda Indonesia.

Dari fenomena bentuk respon sosial di kalangan Netizen seperti ini, saya memandang bahwa remaja memiliki suara yang cukup banyak dan tidak sedikit yang memiliki pengaruh (setidaknya terhadap teman sebayanya). Jika dibuat persentase bisa jadi suara remaja Indonesia yang turut menyuarakan kegelisahannya mencapai 60% hingga 70%.

Namun, saya pribadi kurang begitu melihat bentuk aksi real yang dilakukan oleh remaja dalam merespon situasi negara yang demikian. Adanya kemungkinan media tidak mempublikasikan suara mereka atau memang benar begitu adanya remaja tidak melakukan aksi nyata seperti turun ke jalan menyuarakan suaranya. Kemungkinan juga remaja memiliki pemikiran bahwa cukup dengan memberikan komentar seperti menulis kicauan dan komentar di berbagai jejaring sosial terhadap kasus “Papa minta saham”. Entahlah...

Masa remaja merupakan masa transisi dari tahap anak-anak akhir menuju masa remaja awal. Hal ini ditandai dengan berkembangnya pemikiran dan sikap kritis terhadap suatu objek, munculnya pemikiran dan sikap untuk memberontak, perubahan emosional yang cenderung cepat, bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Maksud dari bersikap ambivalen adalah di satu sisi remaja memiliki keinginan akan kebebasan, namun dilain sisi mereka memiliki ketakutan untuk bertanggung jawab akan kebebasan dan memiliki keraguan akan kemampuan mereka sendiri dalam memikul tanggung jawab.

Banyak ahli yang memiliki definisi mengenai masa remaja. Salah satu pandangan yang sudah tidak asing bagi kita mengenai masa remaja, masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Dalam bahasa psikologi sering disebut dengan masa pencarian identitas diri (lihat tugas perkembangan remaja).

Masa remaja merupakan masa tepat untuk memberikan penanaman nilai-nilai positif. Masa remaja juga masa rawan akan nilai-nilai negatif. Mengapa demikian? Karena pada masa ini, individu akan mengeksplorasi berbagai nilai-nilai yang ada di masyarakatnya dan mencoba mempertanyakan dan mengkritisi setiap nilai yang mereka jumpai.

Sebagai orang yang saat ini memasuki tahap usia dewasa (20-40 tahun, menurut Papalia, Old, dan Feldman, 1998) apa yang perlu kita lakukan untuk mendampingi remaja agar mereka dapat mengoptimalkan segala potensinya? Setidaknya terdapat lima hal sederhana yang dapat kita lakukan sebagai orang dewasa dalam membantu remaja mengoptimalkan potensinya. Kelima hal sederhana dalam mendampingi dan membimbing remaja ini merupakan wujud refleksi saya berdasarkan pengalaman dalam memberikan pendampingan (rekoleksi, training, retret) dan diskusi bersama para rekan guru dan orangtua (yang memiliki anak dalam usia remaja).

Pertama: Libatkan dan Berikan Dukungan

Tidak sedikit remaja pernah mengalami mendapatkan respon dari orang yang lebih tua dari usianya seperti demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun