Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malang Jadi Tuan Rumah MTQ Tingkat Mahasiswa

29 Juli 2017   07:25 Diperbarui: 29 Juli 2017   08:18 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemarin, jumat (28/07/2017) mahasiswa dari perguruan tinggi Nasional berkumpul di Kota Santri Malang untuk adu kefasihan firman Tuhan. Tentunya bukan adu kehebatan dan menang-menangan, melainkan lebih pada syiar islam. Karena kurang pantas rasanya adu kehebatan bacaan Al-Quran.

MTQ tingkat mahasisawa kali ini begitu gegap gempita dan menarik.  Bagaimana tidak, hampir setiap ruas jalan tertulis MTQ Tingkat Nasional. UM dan UB, berlomba-lomba menjadi tuan rumah yang bagi atas pepaksanaan MTQ kali ini. Malam ini majlis Maulid dan Taklim Al-Ridwanbyang diasuh oleh Habib Jamal Baagil turut membuka acara akbar ini, tepatnya di Masjid Raden Fatah.

Yang tidak kalah menariknya, UB mengawalinya dengan khataman Al-Quran selama berhari-hari tanpa henti. Mulai rector, dosen, hingga anak-anak ikut serta membaca Al-Quran. Bukan karena riya' lho, tetapi ingin memperoleh berkah sebanyak-banyaknya dari kitab suci Al-Quran. Barangkali, penduduk langit sangat gemberi ria melihat cahaya terang dan warna warni di bumi Arema, ternyata banyaknya orang-orang sedang membaca Al-Quran.

Kali ini Universitas Negeri Malang dan Universitas Brawijaya menjadi tuan rumahnya. Kesempatan yang amat bagus bagi kedua kampus untuk marketing program ke unggulan kampusnya masing-masing. Bukan hanya program, tetapi bangunan fisik secara otomatis akan menjadi daya tarik mahasiswa.

Semua tahu bahwa perintis MTQ itu orang Malang yaitu KH Bashori Alwi, pengasuh dan perintis Pesantren Ilmu Al-Quran yang memiliki metoda pemebajaran Al-Qolam. Puluhan tahun KH Bashori malang melintan di dunia Al-Quran, sehingga beliau pantas mendapat gelar Begawan Al-Quran dari Malang. Wajarlah dan tepat jika Malang menjadi tuan rumah. Apalagi Malang itu banyak pesantren tahfidul Quran dan juga banyak pakar hadis.

Malang semakin seksi ketika kampus-kampus terkemuka juga memiliki perhatian khusus terhadap kitab suci Al-Quran. Sebut saja UM yang memiliki ASC (Study Club Al-Quran), UIN memiliki Haiah Tahfid Al-Quran, Unisma memiliki Majlis Khuffad wal Qurra, UB juga memiliki program khusus terkait dengan Al-Quran. Tidak ada khidmah (pelayanan) yang sangat menyenangkan melebih melayani Al-Quran dan penghafalnya. Memulyakan penghafal Al-Quran begitu besar pahalanya. Jika belum bisa hafal Al-Quran, maka mulyakanlah guru-guru Al-Quran dan para penghafal Al-Quran.

Menariknya, program Tahfidul Quran dan Qurra' diberbagai kampus di Malang guru-gurunya itu itu juga lho. Tahfidzul Quran dan Qura itu biasanya nyambungnya ke Singosari, seperti; KH Mustain Syamsuri, KH Khusaini, KH Munim Syadili, KH Bashori Alwi, KH Maftuh Said, KH Abdullah Faqih Al-Marhum. Nah, jika dirunut guru Al-Quran itu nyambungnya ke Mbah Arwani Kudus dan Kyai Mufidz. Jadi, jika ingin menjadi seorang hafidz Al-Quran itu wajib linier (muttasil), bukan belajar dari CD atau radia, apalagi Yutube.

Barangkali, Universitas Negeri Malang selaku tuan rumah memiliki kans juara umum. Karena sebagian dari pesertanya itu sudah pernah juara tingkat Nasional, bahkan ASEAN. Sebagian besar dari mereka itu,  juga kuliah di jurusan Sastra Arab. Barangkali, UM satu-satunya kampus yang memiliki jurusan bahasa Arab yang tertua dan terkemuka di Nusantara. Jika kali ini menjadi juara umum, maka Sastra Arab akan semakin kinclong dan menjadi dambaan setiap calon mahasiswa. Apalagi, Sastra Arab sekarang sudah memiliki program Magister.

Dan yang luput dari perhatian publuik, rupanya sebagian dari mereka itu mendalami Al-Quran di Pesantren yang di asuh oleh KH Ahmad Khusaini, Nurul Huda, dan Miftahul Huda Gading. Para Kyainya itu termasuk sosok yang sangat rajin dan kuat tirakat demi keberhasila santri-santrinya. Keberhasilan seorang santri itu juga tidak lepas dari munajat Kyainya kepada Allah SWT.

Dosen itu hanya memberikan semangat kepada anak didiknya agar menjadi juara. Sementara pembibim ruhaninya itu ya guru ngaji Al-Quranya. Dosen itu jarang sekali tirakat, justru banyak yang suku kuliner, sementara sang Kyai itu jarang makan dan minum. Hari-harinya nagajar Al-Quran dan puasa sunnah.

Para peserta yang akan bertarung di Malang merupakan santri santri terbaik dari pesantren Salaf yang kini menjadi mahasiswa diperguruan negeri. Beruntung sekali kampus-kampus negeri yang memiliki mahasiswa penghafal Al-Quran. Karena kebaikan Al-Quran itu akan menebar kesemua mahasiswa dan juga dosen-dosenya, serta karyawan yang bekerja di Kampus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun