Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Salah Berdoa, Bisa Menjadi Petaka

21 Oktober 2019   16:23 Diperbarui: 21 Oktober 2019   16:30 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masjid tempat meneduhkan bagi setiap umat islam, karena masjid adalah rumah Allah SWT. Rasulullah SAW ketika sedang menghadapai berbagai masalah, Rasulullah SAW berjalan kesana kemari terlihat binggung, dan menunggu waktu sholat. Begitu memasuki waktu sholat, Rasulullah sangat bahagia dan ceria, lalu berkata kepada Bilal "Arihna ya  Bilal" marilah santaikan dengan kami dengan sholat. Rupannya, sholat di masjid membuat tenang.

Seorang pria yang bernama Abu Umamah Al-Ansori setiap hari di masjid, diluar sholat. Kemudian Rasulullah SAW bertanya "saya setiap kali ke masjid, aku selalu melihat dirimu". Aapakah yang sedang menimpa dirimu? Kemudian pria itu menjawab "saya memiliki banyak utang. Tolong berikan amalan yang bisa membuat diriku bisa nyaur utang? Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan sebuah doa:

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan utang dan kesewenang-wenangan manusia." Kata Abu Umamah Al-Ansori ra, berkata "setelah aku membaca do'a tersebut, Allah berkenan menghilangkan kebingunganku dan membayarkan lunas utangku'," (HR. Abu Dawud).

Kesulitan ekonomi, kadang bisa diselesaikan dengan banyak bersujud kepada Allah (Sholat Dhuha), juga banyak berdoa seperti di atas. Hadis di atas menginspirasi kepada setiap orang yang sedang menghadapi kesedihan, dan kesulitan agar banyak berdoa kepada Allah SWT. Rupanya, sahabat Rasulullah SAW yang membaca doa, kemudian diberikan kemudian dalam urusan ekonominya. Pria tersebut juga mampu membayar utang-utangnya. Doa ini juga digunakan banyak umat islam ketika menghadapi banyak utang, dan kesulitan ekonomi.

Tentu saja bukan hanya berdoa, tetapi harus bekerja keras, dan membangun etos kerja yang tinggi. Karena Rasulullah SAW tidak suka dengan sifat malas. Dalam doa di atas, Rasulullah SAW dengan tegas mengajarkan doa agar tidak malas dalam bekerja. Sifat malas menjadi salah hambatan terbesar kemajuan dan kesuksesan. Nabi dan sahabat memberikan contoh, bagaimana bekerja keras, tetapi doanya tak henti-henti kepada Allah SWT.

Ada seorang muslim berdoa kepada Allah, yang isi doanya "ya Tuhan, berikankah aku rejeki, tanpa harus bekerja".  Tidak lama kemudian, pria ini berjalan kepasar. Tiba-tiba ada petugas ke amanan menangkapnya, dengan tuduhan mencuri. Pria ini dimasukkan penjara.

Ketika di dalam penjara, pria ini diberikan makan minum gartis setiap hari. Saat menikmati makan dan minum, tiba-tiba terlintas dalam hatinya tentang doa yang pernah di panjatkan kepada Allah SWT "minta rejeki tanpa berdoa". Rupanya, Allah SWT mengabulkan doanya. Dia di penjara setiap hari di beri makan dan minum di dalam penjara harus bekerja. Salah berdoa, menyebabkan petaka.  Sekali lagi, jangan sampai salah dalam berdoa, sehingga Allah SWT mengabukan dan menjadi petaka.

Di masjid Madinah terdapat seorang pria yang setiap harinya meminta-minta kepada jamaah lain. Sehingga, jamaah lain membulinya. Rasulullah SAW menyuruhnya bekerja, dan dicarikan modal kerja. Kemudian pria ini disuruh menjual kayu bakar, sehingga mendapat bekerja dan menghidupi keluarganya. Rasulullah SAW, bukan hanya nabi yang mengajarkan doa, tetapi juga mengajarkan kerja keras.

Di Madinah, ada seorang pria yang kuat bekerja, tetapi tidak ikut berjuang (jihad dijalan Allah SWT). Kemudian dibuli oleh sahabat-sahabat lainnya, mereka mengatakan "Ya Rasulullah, alangkah baiknya kalau orang ini keluar berjihad di jalan Allah."

Kemudian Rasulullah SAW menjawab gundah gulana sahabat tersebut "Kalau dia keluar mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang masih kecil maka dia juga di jalan Allah, kalau dia bekerja untuk mencukupi kebutuhan kedua orang tuanya yang sudah lansia, maka dia juga di jalan Allah, kalau dia bekerja mencukupi kebutuhannya sendiri agar terjaga kehormatan maka dia juga di jalan Allah. Tapi kalau dia bekerja untuk riya` dan membanggakan diri maka dia di jalan setan (HR. At-Thabrani). Berjuang itu tidak harus berperang dijalan Allah SWT, orang yang bekerja di pasar, mengajar, demi memenuhi kebutuhan anak dan istri, juga kedua orangtuanya adalah berjuang di jalan Allah SWT.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun