Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

"Fikih Quick Count" Pilpres Vs Legislatif

22 April 2019   10:19 Diperbarui: 22 April 2019   10:33 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ada sebuah hadis yang sangat masyhur, dimana Rasulullah SAW pernah berpesan "cukup dikatakan berdusta (pembohong), mendengarkan sebuah berita kemudian menyebarkannya (HR.Muslim). Urusan berita, seorang muslim tidak boleh grusah grusuh dan gegabah. Jika menyebarkan informasi tidak benar, maka bisa dikatakan pendusta. Orang yang grusah grusuh, dikategorikan dari bagian dari setan, karena meng-indahkan Alquran dan Rasulullah SAW.

Agar tidak menjadi orang yang grusah-grusuh, cecara khusus, Allah SWT menjelaskan dalam kitab suci agar senantiasa tabayyun (klarifikasi) jika memperoleh informasi, dari mana sumbernya, siapa yang membawanya. Apakah sumbernya bisa di pertanggung jawabkan secara ilmiyah, atau tidak.

Nah, kali ini cukup banyak orang yang percaya dengan hasil Quick Count (perhitungan cepat) seputar hasil Pilpres dan Pileg. Padahal itu belum final. Kalau hanya untuk panduan, tidak masalah. Bahkan, hanya bersumber quick count internal sudah percaya seratus persen, padahal belum tentu kebenarannya.

Sebuah Quick Count baru dikatakan benar jika sudah real count. Itu mendapatkan informasi yang valid, terpercaya memerlukan waktu, juga harus ada saksi yang terpercaya serta melalui proses yang sangat ketat. Bahkan, saksi itu tidak boleh dari kalangan sendiri (keluarga), karena sudah pasti tidak obyektif. Juga, tidak boleh benci, sehingga subjektif di dalam penilainya.

Tidak Percaya Quick Count, Namun Merayakan Kemenangan Berdasar  Quick Count

Teringat pada pemilihan gubernur DKI Jakarta, ketika lembaga survey mengumumkan hasil quict count keunggulan Anis Basoedan dan Sandiaga Uno, Prabowo dan pendukungnya langsung percaya dan mengumumkan kemenangannya. 

Bahkan ada yang berkata menyindir Prabowo "Pada Pilgub DKI Jakarta 2017, saat Anies-Sandi berhadapan dengan Ahok-Djarot, Prabowo menyatakan kemenangan Anies-Sandi berdasarkan hasil quick count yang juga ditayangkan seluruh media, dengan lembaga survei yang sama seperti saat ini untuk Pilpres 2019".

Teringat sepak bola, ketika kalah selalu ada alasan (ngeles), seperti; lapangan nya buruk, wasitnya tidak adil, kurang latihan. Dalam hal ini, KPU disalahkan, Quick Count juga di salah-salahkan, kecurangan dimana-mana. 

Padahal, ketika jago nya menang langsung percaya dengan Quick Count. Perlu diketahui, ketika Anis Menang atas Ahok, lembaga survey yang sama. Itu-itu juga. Kalau melihat begitu, mau tertawa rasanya, tetapi takut dosa.

Lebih menarik lagi. Ketika Prabowo ngotot tidak percaya lembaga survei, justru partai-partai pengusungnya bahagia dan percaya dengan lembaga survei nasional. 

Bahkan, PKS mengucapkan Alhamdulillah, karena partainya mendapat suara pileg  yang signifikan, sesuai dengan hasil Quick Count yang sama. Tidaklah, heran jika ada yang menganalisis, bahwa PKS sedang memanfaatkan Gerindra demi meraup suara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun