Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Syekh Azhar dan Syekh A-Hijaz Berebut Islam Nusantara

4 Mei 2018   16:40 Diperbarui: 4 Mei 2018   16:50 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah pemandangan menari ahkhir-akhir ini, dimana tokoh-tokoh dunia berbondong-bondong nyambagi NU. Mereka ingin belajar bagaimana NU sejak berdirinya hinggi kini mampu menghadapi persoalan-persoalan Negara dengan baik. NU bisa bersinergi dengan Negara dalam situasi apapun. Ketika menghadapi penjajahan Belanda, NU paling depan melawan. Ratusan ribu pasukan dari kalangan santri harus bersimbah darah, sebagian lagi harus sahid di medan perang.

Ketika masa PKI, NU juga paling depan melawan gerakan PKI, baik gerakannya mapun ideologinya. Ketika ada gerakan DII dan TII, NU juga paling depan melawan dan menujukkan kesetiaan terhadap NKRI. Bahkan, saat itu NU harus berhadapan dengan pasukan yang dipimpin para pemberontak yang mengatasnakan agama.

Nah, ketika sedang merdeka. NU tidak mendapatkan apa-apa dari pemerintahan Soeharto. NU dikerdilkan, sehingga ada sebuah pepatah yang sering disampaikan oleh KH Ahmad Haysim Muzadi "NU itu seperti pendorong mobil mogok, begitu mobilnya berjalan, NU di tinggalkan". Hingga saat inipun, NU kadang menjadi rebutan banyak partai politik dan politisi, dengan tujuan mendapat dukungan. Walaupun, tidak sedikit yang kuawalat karena memperalat "NU".

Dalam situasi ke kenikan, NU tetap berpegang teguh pada ajaran Aswaja NU-Sanatara yang mengikut Akidah Al-Asaary (Abu Hasan Al-Asaary) dan Imam Al-Syafii sebagai madzhabnya. Sedang dalam urusan tasawuf masih mengikuti wejangan-weajangan Al-Imam Al-Ghozali dalam kitab "Ihya Ulumuddin". Dalam kondisi apapun, NU tetap istikomah.

Nah, sekarang NU menjadi pergunjingan positif tokoh dan ulama Timu Tenggah dan dunia. Bukan saja orang Arab yang datang, Eropa, Amerikan dan Afrika berdatangan belajar seputar islam Nusantara. Walaupun tidak sedikita dari kalangan yang ngaku "islam garis lurus" merasa lebih baik, bahkan kadang sinis terhadap Islam Nusantara yang di suguhkan oleh NU. Kalau Muhammadiyah seding mengatakan "Islam NU-Santara yang berkemajuan".

Mingggu lalu, Grand Syekh Al-Azhar pertinggi Ulama Al-Azhar Al-Syarif  berkunjung ke Indonesia, dan beliaupun berkunjung secara khusus di PBNU. Ngaji bareng Islam NU-Santara bersama ketua Syuriah dan tanfidziyah NU Juga. Sejuk rasanya ketika menyaksikan agamawan NU, berdampingan dengan ulama-ulama Al-Azhar yang mendunia.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Bukan hanya itu, Habib Al-Jufri dan Habib Umar Al-Hafidz menjadi pelanggan setia berkunjung ke PBNU. Bagi NU, durriyah Rosulullah SAW, wajib dimulyakan, dan hanyalah NU yang mengajarkan kepada santri-santri dan mahasiswa memulyakan Habaib. Walaupun ada segelintir habib kadang sinis terhadap NU-Santara. Tetapi, Kyai NU tetap mengatakan "wajib memulyakan habib". NU, keren baget kan..!

Dan hari ini (04/05/2018), Syekh Sholih Ibn Khumaid, tokoh utama Arab Saudi. Beliau adalah dosen Umm Al-Qura University Makkah, sekaligus Imam dan Khotib tetap Masjidilharam berkunjung di PBNU. Secara khsusu, Syekh Sholih Ibn Humaid menyampaikan salam dari raja Salman untuk Kang Said (ketua PBNU). Baru kali ini, Raja Salman mengutus ulama'nya datang secara khusus ke kantor.

Sudah bisa ditebak, bahwa Arab Saudi sedang mengusung Islam Moderat yang telah diterapkan dirintis oleh Syekh Al-Imam Muhammad Hasyim Asaary. Pemikiran Mbah Hasyim baru dirasakan sekarang oleh Arab Saudi. Jadi, jangan heran jika suatu ketika pemerintah Arab Saudi meminta ulama Nusantara mengajar di Masjidilharam dan Nabawi, sebagaimana Syekh Abdul Hamid Ali Kudus, dan Syekh Mahfudz Al-Turmusi pernah menjadi ulama besar Makkah yang berdarah NU-Santara.

Ulama dari Al-Zahar yang di pimpiun oleh Grand Syekh Al-Azhar datang dan menyatakan NU sangat cocok, begitu juga dengan Habaib dari Yaman seperti Habib Al-Jusfri dan Habib Al-Hafidz, dan sekarang Syekh Sholoh Ibn Humaid yang membawa misi dari Raja Salman Arab Saudi. Bisa dibayangkan jika negara-negara besar kemudian membumikan  "Islam NU-Santara" di daratan Hijaz, Yaman, Al-Syam dan benua Arfika. Islam NU-Santara memang keren.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun