Aku tidak sepenuhnya menolak apa yang dipermasalahkan Komnas PA. Toh, pada dasarnya lembaga ini juga mengangkat masalah anjay diawali dengan pengaduan dari masyarakat.
Tapi entah keliru menyampaikan, atau kita yang keliru menangkap pesan, seolah mencuatnya anjay keluar dari esensi masalahnya. Ya memaki itu tadi.
Anjing, sebagai asal kata dari anjay, seperti juga babi, adalah nama hewan. Menurut hematku, kreativitas perubahan anjay dari anjing adalah dalam rangka memperhalus makian tersebut. Tapi tetap memaki kan?
Baca juga:Â Hewan yang Bisa Dilatih Selain Anjing
Makanya, yang dilarang itu sebenarnya adalah tindakan memaki. Bukan penggunaan anjay untuk memaki.
Toh memaki bisa dengan apa saja, tak harus memanggil anjing. Monyet bisa dipakai memaki, ular juga bisa. Bahkan "sampah" yang bukan hewan, dan tidak hidup pun bisa digunakan untuk memaki, mencela, juga merendahkan orang lain.
Lagipula tak harus anjay, masih ada varian lain dari anjing. Anjir, njir, amjing, jingan, ... dan bakal masih banyak modifikasi lainnya selama kita masih suka memaki.
Itu baru soal pilihan kata, belum lagi dengan peletakan koma. Apalagi kalau dihubungkan dengan suasana hati, makin luas masalahnya anjing.
Tuh!