X berkisah, ia sedang nabung untuk anaknya di Jawa. Mau beli apa? Beli HP yang bagus, keluaran terbaru!
Rasanya pengin kutampol itu anak. Dia belum pernah lihat meme, bahwa Jambi itu bertetangga dengan matahari. Kota ini panasnya juara!
Bapaknya panas-panasan gowes sepeda, jual pempek micin pagi-sore sampai keling. Dia minta HP!
"Kalau gak dikirimi, dia ngambek, Mbak. Gak mau sekolah," keluh X.
Meski X adalah seorang bapak, yang memang berkewajiban menafkahi anak, tapi apa iya harus kerja keras demi kebutuhan yang tak masuk akal itu? Â
Dari kisah nyata A dan X, kusimpulkan bahwa semua derita mereka adalah karena mereka sendiri. Mereka memberi tanpa unsur mendidik, sehingga orang-orang terdekat memperlakukan mereka demikian.
Bagiku, tak memberi memang tak enak, tapi keseringan memberi lebih tak enak lagi. Memangnya mau sampai kapan terus berkorban?