Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyoal Politik "Kanan-Kiri Oke" Cak Imin

12 Mei 2018   11:13 Diperbarui: 12 Mei 2018   11:28 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: kompas.com)

Setelah sempat mendeklarasikan diri sebagai Cawapres Jokowi, disertai "ancaman" bahwa Jokowi bisa kalah jika tak menggandengnya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin kembali bermanuver.

Ia membuka opsi menjadi pendamping Prabowo Subianto. Menurutnya, Prabowo bisa menang hanya jika berpasangan dengannya. Sikap dan pernyataan Cak Imin jelas kian membingungkan publik.

Siapapun tahu, kubu Jokowi dan Prabowo jelas berada di dua kutub politik yang berbeda. Bahwa sebelumnya pernah ada komunikasi dan upaya untuk menyandingkan keduanya, sepertinya itu cuma manuver biasa yang tak jelas lagi tindak lanjutnya. Hampir dapat dipastikan, upaya itu sudah kandas di tengah jalan.  

Dengan kata lain, kedua kubu itu dapat dipastikan akan saling berhadap-hadapan satu sama lain di Pilpres mendatang, entah Prabowo sendiri yang benar-benar maju atau ada calon lain yang dimajukan untuk menantang Jokowi.

Politik "kanan-kiri oke" ala Cak Imin sebenarnya bisa dinilai sebagai ketidakjelasan sikap sang ketua umum PKB tersebut. Sepertinya, apapun akan ia lakukan demi kursi cawapres yang sudah diidam-idamkan sejak lama. Sikap semacam ini sejujurnya tak sehat bagi kemajuan demokrasi kita sekaligus menjadi pendidikan politik yang buruk bagi warga. 

Ketidakjelasan sikap itu pula yang mengundang pertanyaan mendasar. Apakah Cak Imin masih berada di kubu pendukung petahana yang yakin bahwa negara ini sedang on the right track (di jalur yang benar) sehingga patut diperjuangkan agar kembali memimpin di periode kedua guna menghasilkan kemajuan-kemajuan yang lebih dahsyat untuk bangsa ini ?.   

Atau sebaliknya, Cak Imin sepaham dengan gerakan #2019GantiPresiden yang yakin bahwa pemerintahan saat ini sudah gagal menjalankan mandat dari rakyat sehingga di Pilpres mendatang sehingga dibutuhkan sosok pemimpin baru sebagai penggantinya.

Dari sisi lain, manuver Cak Imin juga bisa dibaca sebagai ketidakpercayaan dirinya akan dipilih Jokowi sebagai pendamping. Banyaknya tokoh yang potensial dan sering disebut sebagai bakal cawapres ideal untuk Jokowi, sepertinya membuat Cak Imin mulai "minder". Atau jangan-jangan, sudah ada "isyarat" langsung dari Jokowi bahwa ia takkan dipilih sebagai cawapres di Pilpres mendatang.    

Harus diakui, ketokohan dan pengalaman politiknya masih kalah jika dibandingkan nama-nama lain yang lebih senior. Potensi kekuatan Cak Imin hanyalah karena sedang memimpin PKB serta pengalamannya pernah menjadi Menteri.

Manuver Cak Imin yang menyodorkan namanya sendiri sebagai pendamping Prabowo bisa jadi sebagai upaya terakhir yang bisa dilakukannya guna merebut tiket cawapres. Pertanyaannya, apakah upaya itu berhasil? Atau sebaliknya, justru kandas dan berarti ia harus mengubur impiannya dalam-dalam.

Seandainya upaya merapat ke kubu Prabowo pun tak berhasil, kemungkinan Cak Imin akan kembali melakukan manuver. Cak Imin mungkin saja akan ikut dalam barisan poros ketiga yang tidak mendukung Jokowi, tidak juga mendukung kubu Prabowo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun