Mohon tunggu...
H.Sabir
H.Sabir Mohon Tunggu... Freelancer - Lakum Dinukum Waliyadin

Dunia ini hanya untuk disinggahi dan dinikmati sesekali kita memang akan kedatangan sial, tapi tak akan berlangsung lama tidak ada pesta yang tak usai demikian juga tidak ada badai yang tak reda.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nyinyir Elegan di Lapangan Banteng?

26 Juli 2018   16:25 Diperbarui: 26 Juli 2018   16:39 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari-hari ini bangsa Indonesia sudah terbiasa mempertontonkan  cara berdemokrasi yang sudah  mengkawatirkan bagi pendidikan politik yang baik dan bernalar. Entah siapa yang memulai fenomena ini  yang jelas praktek-praktek tidak elegan tersebut mulai berkembang dewasa ini  semakin masif dan terstruktur.

Beberapa hari yang lalu  kita dicecoki berita yang berseliweran tentang sekelompok orang yang menamakan dirinya pendukung  mantan Gubernur Basuki Cahaya Purnama alias Ahok yang turut hadir pada Peresmian Revitalisasi Lapangan Banteng oleh Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan,  tapi hadir dalam rangka praktek nyinyir. Sebuah praktek political war yang sesungguhnya sudah tidak relevan lagi untuk digaungkan kecuali jika ada muatan politis lain yang sedang dirisaukan oleh para pendukung tersebut atau aktor yang berada di belakang mereka yang selalu meniupkan sulutan api dari belakang layar.

Pasca Pilpres 2014 usai perang opini, klaim mengklaim dan salah menyalahkan pemerintahan sebelumnya seperti sudah mulai menjadi pakem dalam perpolitikan di Indonesia. Istilah Mangkrak sering kita dengar tatkala presiden Joko Widodo menghadiri peresmian atau peletakkan batu pertama pembangunan pada beberapa projek beliau. lalu kemudian di beberapa kasus jajaran di bawahnya seperti ikut-ikutan dalam patron tersebut. Terbaru Anis Baswedan dalam sambutannya saat penutupan Kali Item setali tiga uang Anis juga menyinggung kinerja pemerintahan sebelumnya dalam sambutannya.

Sebagai Warga Negara yang baik saya tidak ingin larut dalam peperangan opini baik di Media Sosial ataupun di grup grup transmisi data lainnya. namun mengikuti perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini sedikit demi sedikit tingkat apatisme saya mulai  tergerus oleh tingkah laku para pendukung yang gagal bahkan tidak mau move on dari proses demokrasi yang sesungguhnya telah final, dan ingin tetap tinggal dalam tempurung nyinyiran.

Para politikus-politikus bangsa ini telah nyaman dengan suasana gaduh, perdebatan jangka panjang dan hampir tidak ada habisnya, sehingga masyarakat akar rumputpun yang bernaung dibawah partai mereka seperti satu komando untuk mempraktekkan kerangka yang demikian menjadi haluan berpikir dan bernalar. Media masa juga turut serta meramaikan dengan acara-acara head to head antara para pendukung dan simpatisan yang ditayangkan secara live dengan durasi panjang semakin menyuburkan pohon nyinyir tumbuh di negara ini.

Kasus pernyinyiran yang dilakukan oleh belasan orang yang mengatasnamakan pendukung Basuki Cahaya Purnomo dengan atribut kampanye kotak-kotak cirikhas mereka, ikut menghadiri peresmian tetapi bukan dalam rangka memberikan apresiasi atas kinerja Gubernurnya. tetapi  melakukan praktek pernyinyiran yang kurang elok dan menjadi lucu bagi siapapun yang bernalar demokrasi yang masih waras.

Akhirnya saya kok jadi berangan-angan dan berandai-andai, bagaimana jika dalam peresmian proyek-proyek gagasan pemerintahan sebelumnya selalu diwarnai oleh para Barisan gagal move on ini?. saat Presiden Joko Widodo hadir dalam peresmian jalan tol misalnya atau dalam pembangunan waduk-waduk lalu datang sekelompok orang simpatisan pemerintahan sebelumnya turut serta meramaikan lantas  membentangkan spanduk ucapan terima kasih SBY, atau kita mundur ke belakang kala Presiden Megawati meresmikan sesuatu didatangi simpatisan Gus Dur dengan hal serupa dan demikian seterusnya hingga ke Soekarno. Pada akhirnya simpatisan Soekarnolah mungkin akan menyalahkan Raja Majapahit dan Sriwijaya?

Tapi..a..sudahlah jangan diteruskan mimpi buruk ini!. bangsa kita ini dibangun dalam kerangka kesatuan dan berkelanjutan dalam pembangunan bukan dalam pernyinyiran sungguh beruntunglah mungkin para pemimpin sebelum era nyinyir ini. SBY pernah begitu keras direcoki dengan demo-demo kenaikan BBM dan Listrik yang sangat epik, tapi (mungkin) belum pernah saya baca dalam peresmian sebuah proyek beliau di hadiri para kaum nyinyir  datang dan mengucapkan Terima Kasih Ibu Megawati atas proyek gagasannya yang kini di resmikan SBY, meskipun yang demo itu sebagian besar dilakukan dan dikoordinir oleh simpatisan partai banteng tersebut. Atau simpatisan Soeharto datang menyinyiri seremonial Gus Dur dan seterusnya.

Seburuk-buruknya persangkaan sekelompok orang terhadap pemimpin kita sebelumnya, Soeharto adalah salah satunya. tetapi dalam era orde baru saya belum  menemukan sebuah ujaran nyinyir yang beliau ucapkan untuk pemerintahan sebelumnya dengan segala kegagalan dan keberhasilannya. yang ada adalah monumen-monumen ucapan terima kasih yang bermartabat dan bukan nyinyir. misalnya Tugu -tugu presiden Soekarno, Bandara Soekarno Hatta gerbang utama bangsa lain datang di negara kita, dan lain-lain. beliau mengabadikan nama-nama pemimpin sebelumnya dalam bangunan yang megah dan abadi dengan penuh rasa hormat. 

Saya sebagai masyarakat awam ingin sebuah hal yang sederhana saja. mari kita akhiri pernyinyiran ini dan kembali ke cita-cita awal para pendiri bangsa kita untuk hidup berdampingan, damai tepo seliro dan tentram raharjo.

Kepada para calon-calon pemimpin bangsa ini kampanyekanlah keberhasilan anda di masa kini atau cita-cita anda dimasa depan, jangan mengkampanyekan kegagalan masa lalu bak acara gosipan ibu-ibu di sekeliling pedagang sayur di pagi hari. ibarat pepatah "Guru Kencing Berdiri, murid kencing sambil nyinyir" eh..salah "sambil lari".. :). apa yang dilakukan rakyat adalah cermin dari  cara berpikir pemimpin yang mereka anut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun