Mohon tunggu...
Rosiana Febriyanti
Rosiana Febriyanti Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga dan guru

Senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Cahaya Allah di Hati Seorang Mukmin

17 Mei 2020   06:03 Diperbarui: 17 Mei 2020   08:05 4597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini pelita sudah menjadi barang antik yang langka. Namun, apa istimewanya membahas sebuah pelita? Ada yang menyebutnya lampu teplok, lampu minyak, lampu semprong, lampu tempel karena biasanya menempel di dinding dan berbahan bakar minyak. Saya suka pelita yang klasik karena membawa saya menembus ruang kenangan yang indah di kampung. Ternyata Allah Ta'ala memberikan lima perumpamaan pelita bagi seorang mukmin di dalam Alquran.

"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu." (QS. 24:35)

Pelita serupa tubuh seorang mukmin yang melingkupi hatinya, sedangkan kaca ibarat hati seorang mukmin yang melingkupi cahaya hati yang memberi petunjuk baginya, sehingga dia mampu melihat hakikat segala sesuatu yang berjalan di atas hidayah dari Tuhannya dengan cahaya tersebut. Ini adalah perumpamaan yang pertama.

Perumpamaan kedua ialah kaca (semprong) yang melingkupi cahaya atau bashirah yang melingkupi hati. Cahaya itu sangat terang bagaikan sinar bintang, sehingga cahaya bintang itu pun diserupakan dengan kilau mutiara yang sangat cemerlang.

Perumpamaan ketiga ialah pelita yang ada dalam kaca. Namun, pertanyaannya adalah dari mana dan dengan apa kaca itu dinyalakan?

Allah Subhanallah Wa Ta'ala berfirman, maksud yang dinyalakan adalah pelita yang ada dalam kaca atau cahaya yang ada dalam hati orang mukmin. Pelita itu dinyalakan, "dengan minyak yang berasal dari pohon yang banyak berkahnya atau banyak manfaatnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah baratnya", sedangkan zaitun itu sendiri ialah syariat Allah.

Perumpamaan keempat ialah pohon yang penuh berkah. Pohon tersebut merupakan sumber dari cahaya hati, yaitu syariat Allah yang penuh manfaat, yang merupakan sumbu dari cahaya qolbu (hati). Dari situlah qolbu mengambil cahaya.

Berapa kadar besar minyaknya? Allah berfirman, "Yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api"

Minyak itu begitu jernih dan bercahaya karena kilaunya tampak bersinar tanpa ada api atau tanpa dinyalakan dengan api. Karena itulah Allah berfirman, "Cahaya di atas cahaya". Inilah perumpamaan yang kelima. Cahaya yang diumpamakan kebenaran itu, seperti lapisan-lapisan yang menyatu. Di dalamnya terdapat interaksi antara pelita dan minyak, sehingga tidak ada satupun yang tinggal untuk memperkuat benderangnya cahaya. Pelita itu berada dalam tempat yang sempit menyerupai lubang yang tidak tembus, sehingga mampu menghimpun seluruh cahaya.

Bagaimana cara menyalakan pelita atau cahaya hati? Caranya hanya dengan ilmu dan zikir. Nyalanya harus dijaga dengan syariat Allah, mulai dari bersuci sampai berjihad di jalan Allah. Yakinlah bahwa seluruh syariat Allah akan membawa kebaikan bagi orang yang beriman.

Ilmu akan mengantarkan manusia untuk tunduk kepada Allah, sedangkan zikir yang dilakukan dengan cara ibadah adalah bahan bakar (minyak) agar bashiroh (cahaya hati) tetap menyala. Pelita (cahaya hati) itu akan menyala jika ada minyaknya (ibadah dan zikir). Seluruh ibadah (baik wajib maupun sunah) intinya adalah zikir, tetapi tidak semua ibadah dapat tergantikan dengan zikir saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun