Mohon tunggu...
Afrisal Planter
Afrisal Planter Mohon Tunggu... karyawan swasta -

'Kuli kebun' di Kalimantan Barat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluar dari Zona Nyaman

15 September 2014   20:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:37 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Membaca tulisan kompasianer Marlistya Citraningrum tentang 'gap year' saya jadi teringat pengalaman mengganggur selama 1 tahun namun bukan lepas kuliah namun mengundurkan diri dari pekerjaan di perkebunan. Entah apa namanya jika sudah bekerja kemudian mengundurkan diri dari pekerjaan yang sudah saya geluti hampir 5 tahun setelah lulus kuliah. Alasan saya keluar simpel saja ingin mandiri dan mencoba usaha perkebunan sendiri dengan kata lain menjadi petani dan juga ditambah telah mengalami 'titik jenuh' rutinitas yang di jalani selama ini istilah ini keluar dari zona nyaman berusaha mencoba hal yang baru.

Namun justru saat saya beralih profesi dari pekerjaan di gaji setiap bulan menjadi pekerja yang penghasilan berasal dari keringat sendiri banyak suara miring dari warga kampung 'masak sarjana kerjanya noreh karet malu-maluin aja buat apa sekolah tinggi kalo cuman jadi penoreh' atau 'sekarang terasa cari uang susahnya kalau dengan jadi petani' ini segelintir ucapan warga kampung kepada saya.

Ada semacam sudut pandang dari warga kampung bahwa menjadi pekerja perusahaan dengan pakaian necis dan bergaji lebih baik di banding berbaju kusam dan menghasilkan uang sendiri.

Namun setelah hampir setahun menjalani kerja sebagai petani, saya merasa ada sesuatu yang hilang bukan semata-mata karena faktor financial namun timbul 'rasa kangen' ingin menjalani rutinitas kerja sebelum mengundurkan diri. Ternyata dengan keluar dari pekerjaan yang lama maka saya dapat pengalaman yang berbeda sehingga dapat membandingkan plus minus pekerjaan yang saya lalui.

Memang ada ungkapan bahwa seorang planter tetap akan rindu pada habitatnya sebagaimana burung yang selalu pulang ke sarangnya. Akhirnya kebun karet saya limpahkan kepada keluarga dengan sistem bagi hasil demikian juga dengan kebun kelapa sawit.

Setelah kembali bekerja sebagai planter saya berusaha menikmati kerja jika dimarahin atasan ya dianggap saja sebagai kritik membangun untuk memperbaiki diri dan justru setelah rehat setahun karir saya lumayan melesat 2 kali lipat dibanding pekerjaan sebelumnya. Ternyata dengan rehat setahun menginstal ulang kemampuan saya dan lebih menghargai pekerjaan.


Dengan bekerja di perusahaan dan juga memperkerjakan orang lain setidaknya saya bisa mengurangi pengangguran jika ada rezeki maka saya akan membuat lebih luas kebun dan memperkerjakan orang lain.

Setiap orang punya pengalaman yang berbeda tentang pekerjaan namun setiap orang punya sikap yang berbeda dalam menyikapi permasalahan dalam pekerjaan.

Salam planter

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun