Mohon tunggu...
Didik Fitrianto
Didik Fitrianto Mohon Tunggu... Administrasi - Mencintai Laut, Lumpur dan Hujan

Terinspirasi dari kata-kata ini "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Abdullah Ahsin Melawan Korupsi dengan Menanam Bakau

25 Oktober 2016   07:20 Diperbarui: 25 Oktober 2016   16:55 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasn pesisir Purworejo yang berhasil direhabilitasi oleh Abdullah Ahsin.

Ia mulai menanami pesisir dan bekas tambak yang hancur oleh abrasi. Tentu saja, tidak semudah yang ia bayangkan. Beberapa kali usahanya menanam bakau gagal total. Ribuan bibit mangrove mati dan tidak sedikit uang yang sudah dikeluarkan dari kantong pribadinya.

Namun Ahsin tak putus asa. Ia justru belajar dari kegagalan-kegagalan tersebut. Semangatnya semakin menggelora ketika pemerintah daerah dan beberapa orang di Desa Purworejo mulai bersimpati dan membantu kegiatan penanaman yang dilakukannya.

Masih Ada Harapan di Purworejo
Setelah lima belas tahun berlalu, perjuangan Ahsin mulai menunjukkan hasilnya. Pesisir Desa dan tambak-tambak yang dulu hancur mulai ditumbuhi pohon-pohon bakau yang kokoh. Bakau menjadi sabuk pengaman yang melindungi sebagian pesisir Desa Purworejo.

Ahsin tidak berhenti sampai di situ. Ia mulai menggalang nelayan, petani tambak, dan tokoh masyarakat yang mempunyai kepedulian dengan lingkungan membentuk kelompok pelestari lingkungan di tingkat Desa. Ahsin sadar betul untuk melakukan perubahan ia tidak bisa berjalan sendiri, ia harus berserikat.

Pilihannya tepat, kelompok yang dibentuknya mulai berpengaruh tidak hanya di ranah sosial masyarakat tetapi juga di tingkat kebijakan pemerintah desa.

Pengetahuan sebagai pintu perubahan juga ia buka. Ahsin membuat rumah belajar mangrove di tambaknya. Ahsin berharap rumah belajar mangrove yang ia buat menjadi tempat bertanya dan diskusi tentang berbagai hal terkait lingkungan.

Tambak ramah lingkungan yang dikelolah Abdullah Ahsin
Tambak ramah lingkungan yang dikelolah Abdullah Ahsin
Ia juga membangun persemaian bakau, hasil pembibitannya ia dermakan untuk kegiatan penghijauan secara gratis. Kegiatan penelitian dan studi banding dari berbagai perguruan tinggi juga sering dilakukan di tempat ini.

Tambak sebagai sumber ekonomi yang sudah mati suri ia bangkitkan kembali. Kebangkrutan yang pernah dialami beberapa tahun yang lalu tidak membuatnya putus asa. Ia berguru ke berbagai tempat untuk belajar pengelolaan tambak.

Beruntung ia bertemu dengan orang–orang dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) di Jepara yang memang kompeten dalam budi daya dan pengelolaan tambak.

Pilihannya untuk mengelola tambak ramah lingkungan bukan tanpa alasan. Trauma penggunaan bahan-bahan kimia yang menyebabkan kehancuran usaha tambak masih membekas. Menurut Ahsin, orientasinya dalam mengelolah tambak bukan pada hasil yang berton-ton tetapi lebih ke pengelolaan tambak ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Menurut Ahsin sudah saatnya para petani tambak memutus mata rantai ketergantungan kepada bahan-bahan kimia, petani harus berdaulat dan mampu memproduksi sendiri kebutuhannya dalam mengelolah tambak.

Ucapannya bukan omong kosong. Sudah hampir lima tahun terakhir Ahsin dan kelompoknya mampu membuat sendiri kompos dan prebiotik untuk budidaya ikan dan udang. Selain itu, bersama kelompoknya mereka memperbaiki sistem saluran air dalam tambak dan memanfaatkan tanaman bakau sebagai filter air dalam satu kawasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun