Mohon tunggu...
Didik Fitrianto
Didik Fitrianto Mohon Tunggu... Administrasi - Mencintai Laut, Lumpur dan Hujan

Terinspirasi dari kata-kata ini "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Abdullah Ahsin Melawan Korupsi dengan Menanam Bakau

25 Oktober 2016   07:20 Diperbarui: 25 Oktober 2016   16:55 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasn pesisir Purworejo yang berhasil direhabilitasi oleh Abdullah Ahsin.

Mereka tidak menyadari bahwa di balik kemasan pakan ikan dan bahan-bahan kimia ada misi tersembunyi dari para pelaku industri, yakni menciptakan ketergantungan. Misi itu berhasil. Tingkat ketergantungan petani tambak semakin tinggi.

Tidak cukup 3 – 5 karung, melainkan puluhan ton pakan pabrik dan bahan-bahan kimia lainnya masuk ke dalam tambak. Akibatnya alam mulai menunjukkan penolakannya: tambak mulai bermasalah, air mulai keruh, tanah tak lagi subur, dan plankton mulai menghilang.

Ahsin juga masih mengingat dengan baik ketika petaka itu mulai datang. Usaha pertambakan gulung tikar, para petani tambak jatuh miskin, hutang menumpuk, dan pengangguran meningkat. Yang lebih mengerikan adalah dampak kebangkrutan usaha tambak.

Para petani mulai meninggalkan lahan-lahan mereka tanpa mempedulikan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Tambak yang dulu dianggap menjadi raja dan mesin penghasil uang kini menjadi momok menakutkan, mereka mengalami trauma yang tidak berkesudahan.

Tidak ada lagi geliat para petani di tambak, tidak ada lagi pemandangan panen berton-ton ikan dan udang, tidak ada lagi motor atau mobil baru berseliweran dari hasil panen, dan tidak ada lagi kabar para petani akan naik haji beramai-ramai.

Kini, mereka menjadi buruh pabrik, kerja serabutan di kapal-kapal ikan dan menjadi nelayan kecil tanpa akses modal.

‘Orang Gila’ yang Mencintai Lingkungan
Tambak terbengkalai, kemiskinan, dan ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan adalah pemandangan pasca runtuhnya usaha tambak di Desa Purworejo. Abrasi yang kian menggerus pesisir desa dan menenggelamkan sebagian tambak belum mampu membangunkan mereka dari tidur panjang masa lalu.

Ahsin tergerak untuk membangunkan tidur panjang para petani, bermodal nekat dan keyakinan bahwa lingkungan harus segera diperbaiki. Dari rumah ke rumah, dari warung ke warung, ia mulai mengajak orang-orang bergerak menyelamatkan lingkungan. Ia menawarkan bahwa menanam bakau adalah salah satu solusinya.

Hasilnya? Ahsin hanya dianggap anak kemarin sore oleh petani tambak yang didominasi kalangan tua. Tidak sedikit yang menyebutnya sebagai orang gila. Mereka mencemooh dan menganggap menanam bakau adalah pekerjaan pengangguran yang tidak ada gunanya.

Namun Ahsin muda tidak putus asa. Saat ajakannya bertepuk sebelah tangan, alih-alih menyurutkan langkah, Ahsin justru semakin mantap. Ia mulai menanam bakau sendiri. “Kalau bukan saya yang memulai siapa lagi?” katanya.

Apa yang dilakukan Ahsin waktu itu sederhana. Menurutnya, salah satu penyebab usaha pertambakan bangkrut adalah karena ketiadaan tanaman bakau. Puluhan hektar bakau dibabat tanpa ampun hanya untuk perluasan tambak. Padahal tanaman bakau waktu itu justru berfungsi sebagai filter air yang masuk ke tambak. Bakau adalah benteng alami tambak dari abrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun