Mohon tunggu...
Qalbi Salim
Qalbi Salim Mohon Tunggu... -

"Seorang anak kampung yang berwatak keras" terlahir di dunia 18 September 1988. Mencoba untuk selalu belajar dan terus belajar... sekarang masih kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di kota Padang. Selama masa kuliah aktif di Surat Kabar Kampus sebagai layouter 2008/2009, Redaktur Artistik dan Online 2009/2010, dan Redaktur Artistik dan Online 2010/2011. Aktifitas sekarang sebagai manajer IT di websiter www.kuliner-minang.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manusia Minus Super Ego

1 Mei 2012   17:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:52 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Keinginan atau hasrat untuk memiliki sesuatu, sejogjanya butuh pengendalian yang baik. Karena tidak semua keinginan atau hasrat harus tersalurkan. Untuk itu, perlu memahami nilai, norma, etika dan moral ketika menyalurkan keinginan. Jika hanya sekedar punya kenginan, tentu tidak akan menjadi masalah. Namun, jika keinginan disalurkan tidak sesuai dengan nilai, moral, norma dan etika yang ada,  akan berdampak buruk terhadap kehidupan.

Mengutip pendapat Sigmund Freud pakar psikologi asal Austria, pada hakikatnya manusia mempunyai tiga komponen kepribadian; Id, Ego dan Superego. Id meliputi keinginan, dorongan dan hasrat dalam diri manusia, tapi belum dilaksanakan, misalnya keinginan untuk membeli sesuatu. Jika keinginanan telah terlaksana inilah yang dimaksudEgo.
Ego muncul, tumbuh dan berkembang berkat interaksi manusia dengan lingkungan dan  Ego sesuatu yang muncul dari diri manusia, baik memperhatikan nilai, norma, etika dan moral maupun tidak sama sekali. Disinilah peran dari Superego, Superego yang menjembatani antara Id dan Ego. Jika Superego manusia memperhatikan nilai, norma, etika dan moral, tentunya Ego manusia akan baik, begitu juga sebaliknya.
Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya pernah mendengarkan kata Egois, atau anggapan pada seseorang, bahwa Egonya berlebihan. Sebenarnya bukan masalah Egois atau Ego seseorang berlebihan, namun disebabkan karena manusia yang minus Superego.
Ada beberapa sikap dan perilaku manusia yang minus Superego. Salah satunya, bagi manusia yang tidak melaksanakan perintah puasa di bulan Ramadan ini. Apalagi, sikap yang tidak merasa malu, makan di depan orang yang sedang berpuasa. Apa salahnya, mencoba untuk menghargai orang lain, walaupun tidak bisa menghargai diri sendiri.
Selanjutnya mengenai kasus Nazaruddin. Baik media cetak maupun media elektronik sedang semaraknya memberitakan mantan petinggi partai demokrat tersebut. Nazaruddin menjadi iring-iringan media karena kasus suap dan korupsi, Nazaruddin hanya salah satu contoh kasus. Sebelumnya, media cetak dan media elektronik juga sering menyuguhkan berita-berita yang tidak enak didengar, dilihat dan dibaca. Tentunya masih banyak ‘Nazar-Nazar’ lainnya yang belum mampu dipulangkan ke Indonesia.
Terakhir, komsumsi yang berlebihan dikalangan umat Muslim di bulan Ramadan. Meningkatnya kebutuhan umat Muslim di bulan Ramadan sudah menjadi sebuah tradisi. Tradisi yang diwarisi dari para pendahulunya. Namun, apa salahnya umat Muslim membeli sesuatu sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan. Bulan yang penuh berkah dan rahmat saatnya bagi manusia untuk beramal, memohon ampunan, dan saling membantu satu-sama lain. Dari pada boros, lebih baik membantu tetangga-tetangga yang membutuhkan.
Ketiga contoh diatas, hanya sebagian kecil dari permasalan kehidupan dan juga masalah yang sedang terjadi saat ini. Kembali mengenai manusia yang minus Superego, di saat penulis berdiskusi dengan salah seorang teman. Teman penulis berpendapat‘Permasalahan yang terjadi selama ini, disebabkan karena faktor ekonomi’. Seperti pencurian, perampokan,  penodongan, putus sekolah, meningkatnya jumlah Anak Jalanan (Anjal)  dan kemiskinan.
Pendapat ini ada benarnya, kalau dilihat secara sosial. Begitu juga dari segi kebutuhan manusia, manusia harus memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Perekenomian yang tidak baik, tentunya kebutuhan jasmani belum terpenuhi. Jika kebutuhan jasmani telah terpenuhi, saatnya manusia memenuhi kebutuhan rohani.
Kebutuahan rohani diibaratkan sebagai obat hati manusia. Obat yang menjadikan manusia taat kepada Tuhan, bersikap lemah lembut antar sesama dan mensyukuri rezeki yang diberikan Tuhan. Jika kebutuhan rohani tidak terpenuhi menjadikan manusia makhluk yang tidak taat beragama dan ingkar kepada Tuhan. Akhirnya muncul sebuah pertanyaan, dengan cara apakah kebutuhan rohani harus dipenuhi?


Positifkan Super Ego
Superego pada diri manusia tumbuh dan berkembang berkat interaksi dengan lingkungan, bersifat mengatur nilai, norma, etika dan moral.
Berbicara mengenai nilai, tentunya mengarah kepada nilai-nilai dinamika kehidupan. Manusia dapat mengambil pelajaran dari yang dilihat, didengar dan dirasakan. Melihat keindahan alam dari puncak tertinggi, tentunya terdapat nilai keagungan Tuhan.
Norma berkaitan dengan aturan-aturan. Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak akan bisa dipisahkan dari norma. Manusia yang hidup dipedalaman memiliki norma, apalagi hidup di jaman saat ini. Dengan adanya norma menjadikan hidup antar sesama menjadi teratur, tertip dan disiplin. Seperti norma kesopanan, norma kesusilaan, norma adat dan norma agama.
Etika sama dengan akhlak, yakni ilmu mengenai baik dan buruknya tingkah laku manusia. Hanya saja akhlak lebih mengarah ke norma agama yang bersumber alquran dan hadits. Sedangkan etika bersifat teoritis atau keilmuan, yakni ilmu tentang baik dan buruk mengenai tingkah laku manusia. Sedangkan moral bersifat praktis, mengenai baik dan buruk tingkah laku manusia.
Oleh karena itu, manusia harus mengerti, memahami dan mengaplikasikan nilai, norma, etika dan moral. Karena ke empat hal tersebut saling berhubungan dan berkaitan satu sama lainnya. Etika mengenai ilmu baik dan buruk tingkah laku manusia, yang bersumber dari norma. Moral tentang pengaplikasian baik dan buruk tingkah laku manusia dalam kehidupan, setelah diaplikasikan tentunya akan ada pelajaran dan nilai yang didapatkan.
Minimal manusia mengerti, memahami dan mengaplikasikan norma agama, karena norma agama berasal dari tuhan yang diwahyukan melalui nabiNya. Norma agama merupakan anugerah terbesar yang menuntun manusia bahagia di dunia dan akhirat, bagi yang taat dan patuh terhadap perintah dan larangan Tuhan.
Penulis Mahasiswa UNP

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun