Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surga Ada di Telapak Kaki Ibu

4 April 2019   08:52 Diperbarui: 4 April 2019   09:04 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pepatah lama: "Surga ada di bawah kaki ibu", menarik untuk ditelusuri karena beberapa alasan. Pertama, surga dalam pepatah tersebut umumnya diartikan sebagai hidup bahagia setelah kematian. 

Hemat saya, kata surga dalam pepatah tersebut bukanlah pengertian surga dalam agama-agama. Surga dalam agama-agama diartikan sebagai hidup bahagia setelah kematian. Menurut saya, kata surga dalam pepatah tersebut dapat diartikan sebagai kebahagiaan yang nyata di dunia. 

Misalnya, ketika manusia itu masih sebagai bayi, dia mendapatkan asupan kasih sayang yang luar biasa dari seorang ibu lewat ASI. Air Susu Ibu adalah korban dan cinta yang besar seorang ibu kepada anaknya, agar anaknya bisa hidup dan berkembang. 

Kedua, Surga ada di telapak kaki ibu, mengingatkan kepada setiap anak manusia untuk menghormati ibu. Mengapa? Iya, karena ibu layak mendapatkan penghormatan lebih dari seorang anak selain ayah, karena ibu adalah rahim yang melahirkan kehidupan dan rejeki. 

Di rumah-rumah adat orang suku Lio di Ende Flores, akan ditemukan gambar susu ibu sebagai sumber kesuburan. Iya, ASI adalah lambang kesuburan, rejeki melimpah, dan simbol kehidupan. 

Kehidupan yang sesungguhnya dari seorang anak manusia tidak bisa terpisahkan dari peran susu ibu dan ibu yang memberikan darahnya untuk anaknya. Cinta seorang ibu adalah cinta yang tidak ternilai. 

Karena itu, penghormatan terhadap ibu adalah keharusan yang mutlak, cinta (melalui ASI) seorang ibu tidak tergantikan oleh berbagai merk susu formula mana pun. 

Ibu pantas dihormati dan dikasihi  dengan cinta yang lebih besar, karena hanya dengan itu surga akan menjadi milik orang-orang yang melakukan itu. 

Indonesia di-analogikan sebagai ibu pertiwi. Perbandingan tersebut benar adanya, karena dari rahim ibu pertiwi inilah lahir para pakar seperti Fadli Zon, Fahri Hamsa, Amin Rais, dan sejumlah besar pakar lain yang saat ini sangat getol mengeritik pemerintah atas nama rakyat. 

Para pakar itu, lahir dari rahim ibu pertiwi yang sama, namun mereka berbuat seolah-olah lahir dari negara Adi Kuasa, Amerika, melalui cara pandang yang menentang keutuhan NKRI. 

Bagi mereka yang tidak menghormati ibu pertiwi, surga sudah pasti jauh dari mereka. Surga bukan milik mereka, kebahagiaan, dan kemenangan tidak meng-akrabi perjuangan mereka, karena syarat mutlak untuk memperoleh surga adalah menghormati ibu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun