Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bangsal Covid

16 April 2021   18:42 Diperbarui: 16 April 2021   18:48 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Nurul Awaliah Syamsuri

"Ummi, saya belum makan. Tidak bisa ke dapur karena sakit sekali kepalaku", begitu bunyi pesan yang saya kirimkan ke ibu.

Tidak lama, terdengar bunyi pintu yang dibuka dan langkah kaki yang berjalan ke arah kamar tempat saya terbaring. Dan, akhirnya ada  kepala muncul bersamaan dengan terbukanya pintu kamar.

"Kenapa?,"  tanya Ummi  dengan raut wajah yang sedikit cemas.

"Pusing sekali saya, ndak tahu juga kenapa begini. Sakit semua badanku," jawab saya dengan suara bergetar.

"Tunggu pale saya ambilkan nasi, baru minum obat," tidak lama setelah mengucapkan itu, ibu kembali dengan piring yang berisi nasi dan lauk di tangannya.

"Jangan-jangan corona ka Ummi, kenapa bisa sakit sekali badan sama kepalaku. Ndak saya rasa sekali juga ini lombok, ndak ada pedis-pedisnya," ucap saya dengan mulut yang penuh makanan dan mata yang masih tertutup.

"Berdoa mi saja semoga tidak. Itu juga Abba sakit di sebelah, adekmu juga demam semua. Stresska sedding," ucap ibu.

Setelah mendengar itu, saya mencoba membuka mata. Tetapi rasa pusing luar biasa kembali menyerang.

            Setelah tiga hari merasakan gejala itu, ayah  berinisiatif agar kami sekeluarga melakukan tes swab. Ayah  pun menghubungi kenalannya yang bekerja di laboratorium RS Pelamonia  datang melakukan tes terhadap keluarga kami.

Menjelang sore hari, kenalan ayah itu datang bersama seorang temannya yang membawa satu tas yang berisikan alat-alat swab.             Saat  kenalannya  datang, kondisi ayah  saat itu sudah sangat lemah. Ayah   jadi orang yang pertama di-swab, dan hasilnya positif.

Setelah itu ibu di-swab, lalu saya, dan berlanjut ke adik-adik. Dan hasilnya semua positif,  Kami pun berencana melakukan isolasi mandiri saja, mengingat di mana-mana rumah sakit semua penuh. Tetapi kembali lagi, rencana tinggal rencana. Kondisi ayah semakin parah, kesulitan bernapas dan batuknya semakin menjadi-jadi. Saat itu kami juga kebingungan membawa ayah  ke mana  karena semua rumah sakit yang menangani covid penuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun