Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karena Kompasiana, Wawasan Saya Jadi Luas

11 September 2015   17:02 Diperbarui: 10 Oktober 2015   09:11 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rasanya saya punya magnit baru dalam hidup ini. Terus terang, dunia saya sekarang ini lebih sempit setelah pensiun. Teman-teman yang ada adalah teman senam, teman lama yang jarang sekali berkumpul atau reuni, teman untuk komunitas gereja.

Bagi saya, hari-hari yang begitu sepi dengan pengetahuan karena saya sudah tak punya aktivitas resmi di kantor. Selama tiga tahun terakhir saya baru menemukan passion saya untuk menulis. Menulis menjadi bagian kegiatan rutin tiap hari. Terutama ketika saya harus ikut mengasah diri untuk ikut lomba blog.

Dulunya saya hanya mengenal komunitas emak-emak blogger untuk penulisan. Tetapi di sana tidak ada tempat atau sarana untuk menuangkan tulisan. Justru hanya berkumpul jika ada suatu event saja. Masing-masing harus menulis di blognya sendiri.

Alhasil, saya terus menerus mencari satu komunitas dimana saya dapat menuangkan tulisan saya itu. Penulisan saya belum dapat dianggap memiliki kualitas yang baik. Tetapi target saya harus rutin menulis .Dengan tidak sengaja, saya baru berkenalan dengan “Kompasiana” pada tahun 2012.  Dalam 2 tahun, saya merasalah belum ada magnit yang membuat saya ingat dengan janji saya untuk menulis. Padahal tempat atau ruang untuk menulis sudah disediakan.

Aneh, dalam perjalanan, ketika Kompasiana, mengadakan event lomba, saya mulai tertarik menguji kemampuan saya. Itulah awal dari perjuangan saya untuk berkenalan lebih dalam dengan Kompasiana.

Terus terang, event yang diadakan oleh Kompasiana memiliki bidang yang tak saya sukai, topik tentang “Mineral”, “Smart City”, “Smarthphone”. Topik yang berbau teknologi membuat saya alergi. Saya lebih suka bidang keuangan, parenting. Nach, gimana dong? Katanya mau menulis, tapi kok pilih-pilih? Tanya saya dalam hati. Pergumulan berat, mau ikut seminar tapi topik ngga senang. Apalagi nanti nulisnya khan makin berat sekali.

Tetapi ketika membaca dari pengumuman tentang siapa saja nara sumbernya. Duh, ada Pak Menteri, Pejabat Eslon 1, 2, belum lagi pakar-pakar dalam bidang teknologi itu.
Saya pikir kenapa tidak dicoba. Belum apa-apa kok sudah menyerah. Datanglah saya di seminar di hotel , cafe yang tak pernah saya datangi selama saya sudah pensiun karena training pun sudah selesai.

Saat Hari H tiba, apa yang ada di kepala saya ketika saya selesai mendengar presentasi para pakar, pejabat, Menteri itu? Kepala makin pusing, banyak yang ngga mengerti. Kadang-kadang presentasinya cepat sekali. Tidak sistematis buat ukuran saya yang tidak paham soal energi.

Belum lagi, saat menulis, saya terpaksa baca itu materi yang disajikan , berulang-ulang, bahkan dipahami dulu. Mau menulis sulitnya luar biasa. Tak ada menangkap apa sich kunci dari persoalan dari materi ini. Duch, rasanya saya sudah ingin menyerah saja.

Akhirnya, tiap kali saya ikut seminar, saya selalu belajar, belajar, dan jatuh bangun, mengulang video berkali-kali. Tulisan saya pun terbaca dengan tidak enak dibaca, bahkan isinya sangat tak relevan atau kurang dalam.

Belajar untuk memahami wawasan baru, itulah “Kompasiana” membuat tahapan baru bagi hidup saya yang sebenarnya sudah enggan belajar, terpaksa belajar lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun