Bulan Ramadan 1442H adalah waktu yang tepat bagi saya untuk ikut wisata religi. Wisata virtual religi ini mengunjungi 3 masjid yang ada di Jakarta. Wisata virtual Religi diadakan oleh Atourin bekerja sama dengan Pemprov DKI, JXB (Jakarta Experience Board) dan Diasparkraf DKI Jakarta.
Ada dua orang yang langsung menyiarkan cerita tentang masing-masing masjid.  Saya suka sekali mempelajari lebih dalam tentang masjid peninggalan Belanda pada tahun 1879-1942 yang kini sudah menjadi Cagar Budaya di DKI Jakarta. Yaitu Masjid Cut Meutia.  Juga mempelajari masjid fenomenal peninggalan pahlawan  Ibukota pada masa kolonial yaitu Si Pitung.  Masjid Al Alam Cilincing merupakan saksi bisu perjuangan sang pahlawan Betawi.
Wawasan tentang warisan budaya Masjid yang sangat bersejarah dan arsitekturnya yang  sangat hebat.
Masjid Al-Alam Marunda
Pada tahun 1527 pasukan Fatahillah menyerang pasukan Portugis. Â Fatahilla memilih sungai Cilincing sebagai markas perjuangan sekaligus pertahanannya. Di tempat inilah mereka membangun surau sebagai sarana ibadah. Â Fatahilla gunakan jalur Sungai Cilincing karena jalur darat dijaga ketat pasukan kerajan Sunda.
Ada  nuansa alkuturasi 4 budaya yang mempengaruhi interiornya. yaitu  tiang-tiang yang kokoh berwarna putih sebagai budaya Eropa menopang  bangunan masjid, Lalu ada jendala yang merupakan budaya Tionghoa,  ada budaya Melayu dan  kaligrafis dari budaya Betawi.
Karpet merah yang digelar setiap inci lantai bagian dalam masjid.
Bangunan ini  mampu memenuhi kasapasitas 350 jamaah itu belum pernah direnovasi. Saat pandemi hanya 50% saja.
Hanya ada tambahan bangunan, disebelah bangunan utama masjid ada pendopo tempat bersantai para pengunjung masjid. Pendopo itu untuk para pengunjung yang berkunjung di Masjid. Ada tradisi yang sering diadakan di balai pertemuan yang disebut dengan budaya "konotan" yaitu membwa buah-buahan atau makanan, lalu saling tukar menukar makanan .