Setiap kali saya melihat perempuan hamil baik itu di jalan atau di ruang publik, teringatlah saya betapa sulitnya para perempuan hamil untuk mengakses fasilitas umum/kesehatan.
Bagaimana tidak?
Ketatnya pemeriksaan pasien di rumah sakit membuat orang enggan datang ke rumah sakit. Protokol Kesehatan Covid-19 yang diimplementasikan sangat ketat di beberapa rumah sakit swasta membuat orang harus berpikir ulang untuk datang di rumah sakit.
Bukan hanya sekadar dicek suhu badan saja, tapi juga ada beberapa pertanyaan berupa questionnaire yang berkaitan dengan pengetahuan kita tentang Covid dan apakah kita pernah mengalami symptom Covid-19.
Apabila ditemukan indikasi yang kurang lebih dekat dengan gejala sakit Covid-19, misalnya, sedang batuk-pilek, maka kita akan diminta datang ke dokter spesialis penyakit dalam.
Padahal rencana ke rumah sakit hanya sakedar untuk memeriksakan diri kehamilan.
Itulah kendala-kendala utama yang dihadapi oleh para ibu hamil. Pemeriksaan kehamilan yang umumnya dilakukan tiap bulan untuk mengecek kesehatan janin, jadi hambatan ketika ibu hamil periksa kehamilan di rumah sakit (kecuali periksa di Puskesmas lebih mudah aksesnya).
Jika Rumah sakit khusus Ibu melahirkan tentunya tidak separah dari rumah sakit umum. Jika rumah sakit umum dimana beberapa klinik mulai dari jantung, mata, diabetis, paru-paru, jadi satu.
Maka kesulitannya, rumah sakit mulai membatasi pasien atau membagi pasien khusus covid dan pasien di luar covid.
Dalam kondisi Covid-19, para ibu hami diminta untuk berhati-hati untuk ke rumah sakit atau melakukan social distancing untuk menghindari coronavirus.Â
Apakah ada dampak yang besar apabila ibu terpapar coronavirus?