Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena "Hipergami" di Jepang dan "Escape The Corset" di Korea, Lebih Suka Melajang

14 Desember 2019   16:36 Diperbarui: 14 Desember 2019   16:45 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang perempuan cukup cantik, 'charming" dan berpendidikan tinggi karena dia mengantongi dua gelar sekaligus,  berjalan-jalan di seputar tempat tinggalnya bersama anjingnya.  Perempuan yang dikenal dengan nama  Bonny Lee  kelahiran Korea berusia hampir 40 tahun.

Dalam usia yang dewasa atau matang itu, Bonny menyatakan dia tak ingin menikah dengan siapa pun.  Keinginan untuk tidak menikah itu timbul karena melihat kondisi sosial di Korea.  

Tidak ada persamaan gender dalam sebuah pernikahan di Korea.  Seorang perempuan yang akan menikah harus mempertimbangkan bahwa dia harus meladeni 100 persen waktunya untuk keluarga, baik itu anak atau suaminya.   Boleh dikatakan hak perempuan yang akan menikah harus melepaskan aktualisasi dirinya dalam bekerja.  Dia tidak akan mendapat posisi di pekerjaan sama sebelum dia menikah.  Belum lagi beda gaji antara  lelaki dan perempuan di posisi yang sama dan lama kerja yang sama, tetapi begitu menikah gajinya akan turun.    

Yang tidak menyenangkan atau membahagiakan perempuan Korea yang akan menikah, begitu memasuki mahligai pernikahan, semua waktu dipersembahkan untuk suami dengan terus menjaga dan  mempertahankan kecantikannya  demi menyenangkan suami.  Begitu memiliki anak,  seluruh urusan anak dan rumah tangga jadi tanggung jawab perempuan.

Dengan kondisi sosial yang demikian ,  terjadi gerakan 4B  artinya Four No's   yaitu  "No dating, No sex, No Marriage, No child"  Gerakan ini diikuti oleh 4.000 perempuan di Korea, dan gerakan ini membuat angka pernikahan di Korea terjun bebas.  Pada tahun 1996 masih tercatat 434.900 perempuan yang setuju dengan pernikahan , namun pada tahun 2018 terjadi penurunan drastis hingga 22.4%  hingga mencapai  257.600.

Dalam laman youtube "Feminist",  para pengikutnya memboikot pernikahan dan pengasuhan anak  Pengikutnya mencapai  100 ribu.  

Selanjutnya gerakan ini juga melakukan gerakan "Escape The Corset" .    Gerakan ini ingin mendukung gerakan sebelumnya dengan menyatakan melawan kecantikan standar di Korea Selatan yang sangat ketat.  Caranya adalah dengan menghancurkan kosmetik yang dimilikinya dan kembali kepada hal-hal yang lahiriah dan alami saja.

Menurut sosiolog lulusan dari University of Stanford,  Shin Gi Wok,  4B dan Escape Corset merupakan gerakan feminist yang ingin membuktikan bahwa perempuan juga punya persamaan hak dalam pernikahan, pengasuhan, kencan, sex. Perempuan tidak ingin posisinya ditempatkan sebagai subordinat lelaki.  Paras yang cantik bukan hanya digunakan untuk kepentingan suami saja atau memikat lelaki saja.

Dampak dari gerakan feminist yang terjadi di Korea ini membuat angka kesuburan pun jatuh dari 0.98% hingga 2,1 %.  Struktur  usia populasi penduduk akan berubah total .  Jika saat ini jumlah penduduk yang berjumlah 55 juta jiwa itu akan berkurang jadi 34 juta di tahun 2064 dan setengah dari jumlah 34 juta itu akan dipenuhi dengan penduduk berusia 62 tahun ke atas. 

Pemerintah Korea bingung melihat masa depan Korea yang dipenuhi orang tua bukannya orang muda yang mampu membangun Korea.  Pemerintah pun segera membuat strategi jitu agar para perempuan muda Korea tidak ragu-ragu menikah dengan kebijakan perumahan yang murah dan bunga rendah dan diberikan keringan untuk pengantin baru, juga diharapkan tidak adanya perbedaan gender dalam pekerjaan .

Masalah yang sama rupanya terjadi dengan Jepang.    Menurut statistik satu dari empat orang di Jepang masih menyandang status lajang  dengan rentang usia 20-49 tahun.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun