Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Museum Nasional, Bukan Jadul tapi Menarik, Art Painting dan Festival Ulos

18 November 2019   13:35 Diperbarui: 23 November 2019   17:01 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesan awal ketika saya mau ke museum,  pergi ke tempat yang jadul, tidak menarik dan kurang modern. Namun,  saya tidak peduli dengan anggapan yang kurang positif itu karena masih ada pameran Ulos dan Art Painting yang ingin saya lihat.

Lokasi Museium Nasional Indonesia itu sangat strategis sekali, di Jalan Medan Merdeka Barat No.12, Jakarta.  Ada tiga pilihan untuk menuju ke sana yaitu Commuter Line ke Stasiun Tanah Abang, lalu Angkutan Kota M08  turun di belakang museum.  Pilihan kedua Transjakarta Blok M-Kota , Halte Transjakarta Monas.   Pilihan ketiga MRT Jakarta, Stasiun Lebak Bulu, Stasiun HI, berganti Trans Jakarta berhenti di Halte Monas.

Gedung megah bercat putih, berasitektur neo-klasik  kolonial Belanda itulah  Museum Nasional,  Ada dua Gedung yaitu Gedung A untuk cagar  yang menyimpan koleksi etnografi, prasejarah, perunggu, dan koleksi dari era Hindu --Belanda.   Gedung B Ruang Pameran tetap , biasanya pameran yang berdasarkan budaya , kali ini saya ingin melihat pameran Ulos dan "painting".  

Begitu masuk , kita disambut oleh remaja yang menanyakan berapa jumlah karcis yang ingin dibeli.  Untuk dewasa RP.5.000,  anak Rp.3.000  , orang asing Rp.10.000.

arca Sumber: dokpri
arca Sumber: dokpri
arca - arca Sumber: dokpri
arca - arca Sumber: dokpri
Setelah mengantongi karcis, kita memasuki gerbang kecil untuk menyerahkan karcis.  Itulah gedung A.  Gedung A ini merupakan bangunan untuk koleksi arca-arca , ada yang berada di dalam ruangan, ada yang berada di luar halaman.  Selain arca, ada prastasi berasal dari berbagai daerah  disebut dengan "Taman Arca".  Ada yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah.  Peninggalan Budha dan Hindu yang  terlihat dari batu-batunya yang sudah sangat kuno sekali.

Selesai dari Gedung A, saya menuju gedung B dimana di bagian dasarnya sedang ada pameran Ulos.  Sayangnya, ibu-ibu yang membuat ulos itu sedang istirahat, sehingga saya tak bisa melihat bagaimana proses pembuatan Ulos.


Ulos Festival 2019 | dokpri
Ulos Festival 2019 | dokpri
Batak Centre, sebagai penggagas  Ulos Festival ini ingin menampilkan Ulos  sebagai warisan budaya tak benda . Memahami kaum muda itu sangat minim pengetahuan tentang ulos dan pemaknaannya, sehingga tidak memiliki kebanggan, maka pameran ini dimaksudkan agar milenial mencintai dan melestarikan Ulos.  Menjadikan Ulos Harungguan (Motif Ulos) yang menampilkan beragam puak Batak), pada logonya merupakan pemersatu puak-puak Batak dalam satu wadah Batak Raya.

Ulos dikembangkan dan ditenun oleh masyarakat Batak , ditenun dengan sepenuh hati dan kasih, ragam makna , motif dan ragam hias.  Ulos diproduksi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bernilai tinggi , berfungsi sakral, fungsi simbolik pada upacara adat.

"Mengulos" kepada sanak saudara atau tamu kehormatan bermakna  sebagai pelambang kasih, harapan , kebaikan.

Ulos telah menjadi warisan budaya takbenda sejak 8 Oktoer 2014 oleh Kementrian Kebudaan dan Pendidikan.

Ulos Sumber: Dokpri
Ulos Sumber: Dokpri
Ulos itu punya dua tujuan yiatu untuk upacara adat maupun kepenting profan (non sacras) untuk menampilkan identitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun