Kesan awal ketika saya mau ke museum, Â pergi ke tempat yang jadul, tidak menarik dan kurang modern. Namun, Â saya tidak peduli dengan anggapan yang kurang positif itu karena masih ada pameran Ulos dan Art Painting yang ingin saya lihat.
Lokasi Museium Nasional Indonesia itu sangat strategis sekali, di Jalan Medan Merdeka Barat No.12, Jakarta. Â Ada tiga pilihan untuk menuju ke sana yaitu Commuter Line ke Stasiun Tanah Abang, lalu Angkutan Kota M08 Â turun di belakang museum. Â Pilihan kedua Transjakarta Blok M-Kota , Halte Transjakarta Monas. Â Pilihan ketiga MRT Jakarta, Stasiun Lebak Bulu, Stasiun HI, berganti Trans Jakarta berhenti di Halte Monas.
Gedung megah bercat putih, berasitektur neo-klasik  kolonial Belanda itulah  Museum Nasional,  Ada dua Gedung yaitu Gedung A untuk cagar  yang menyimpan koleksi etnografi, prasejarah, perunggu, dan koleksi dari era Hindu --Belanda.  Gedung B Ruang Pameran tetap , biasanya pameran yang berdasarkan budaya , kali ini saya ingin melihat pameran Ulos dan "painting". Â
Begitu masuk , kita disambut oleh remaja yang menanyakan berapa jumlah karcis yang ingin dibeli. Â Untuk dewasa RP.5.000, Â anak Rp.3.000 Â , orang asing Rp.10.000.
Selesai dari Gedung A, saya menuju gedung B dimana di bagian dasarnya sedang ada pameran Ulos. Â Sayangnya, ibu-ibu yang membuat ulos itu sedang istirahat, sehingga saya tak bisa melihat bagaimana proses pembuatan Ulos.
Ulos dikembangkan dan ditenun oleh masyarakat Batak , ditenun dengan sepenuh hati dan kasih, ragam makna , motif dan ragam hias. Â Ulos diproduksi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bernilai tinggi , berfungsi sakral, fungsi simbolik pada upacara adat.
"Mengulos" kepada sanak saudara atau tamu kehormatan bermakna  sebagai pelambang kasih, harapan , kebaikan.
Ulos telah menjadi warisan budaya takbenda sejak 8 Oktoer 2014 oleh Kementrian Kebudaan dan Pendidikan.