Mohon tunggu...
Suhar toyo
Suhar toyo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Studi Model Problem Based Learning Pada Matematika Guna Membantu Siswa Meningkatkan Kemampuan Berpikir Dan Pemecahan Masalah

16 Mei 2015   05:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:57 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

STUDI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATEMATIKA GUNA MEMBANTU SISWA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH

*Suhartoyo, S.Pd, M.M*

Abstract :

Problem-based learning (PBL) is orient students on authentic problems, a concentration of inter-disciplinary knowledge, authentic inquiry, collaboration, produce work (publications) (Ibrahim, et al: 2000: 4). This learning model is based on the development of thinking skills among students through problem-solving exercises, therefore students are involved in the acquisition process and product completion. Thus this model will also develop the skills to think through empirical facts and the ability to think rationally, so that repetitive exercise can develop intellectual skills and also be able to mature students.

Students act as a self-regulated learner, meaning that this model of learning through student should be engaged in real or simulated experiences that can act as a scientist or an adult. This model is certainly not designed to provide a lot of information from teachers to students, but teachers need to act as facilitators of learning with efforts to provide encouragement to students willing to do something and express it verbally. Thus, if students' mathematical problem solving ability increases expected learning process will be better than ever.

PBL is not designed to help teachers provide as much information to students, but to help students develop thinking skills, problem solving, and intellectual skills; learn a variety of adult roles through their involvement in a real or simulated experience; and became an independent learning.

Keyword: Problem Based Learning, Mathematics, Quality Learning

PENDAHULUAN

Matematika merupakan suatu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, serta memiliki peran yang penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Sehingga, matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Disamping itu, dalam penguasaan matematika siswa dimaksudkan pula untuk dapat mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan.

Mengingat peran matematika yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika memerlukan perhatian yang serius. Menyikapi hal ini, berbagai macam upaya telah dilakukan guna meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran. Upaya-upaya tersebut antara lain pengimplementasian pembelajaran dengan cara siswa aktif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran discovery, pembelajaran dengan penilaian berdasarkan portofolio, Contextual Teaching and Learning (CTL), dan pembelajaran dengan konsep problem solving (Suryanto dan Sugiman, 2001:1).

Menurut Peraturan Menteri no 22 tahun 2006, mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (Depdiknas, 2006: 346).

Keterkaitan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa dalam matematika ditekankan pada kemampuan penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan inti dan utama dalam kurikulum matematika. Pandangan ini, berarti pemecahan masalah lebih mengutamakan proses dan strategi yang dilakukan siswa dalam menyelesaikannya daripada hanya sekedar hasil. Sehingga keterampilan

proses dan strategi dalam memecahkan masalah tersebut menjadi kemampuan dasar dalam belajar matematika.

Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, dapat menghambat kemampuan belajar matematika siswa dalam pemecahan masalah, sehingga perlu dipilih dan diterapkan suatu model pembelajaran untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran yang tepat. Pada implementasi kurikulum 2013 menghendaki situasi belajar saintifik, yaitu siswa belajar dengan sungguh-sungguh dengan cara mengamati, menanya, ekperimen, eksplorasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan.

Dengan demikian pembelajaran matematika harus diarahkan pada pemecahan permasalahan yang dekat dengan kehidupan siswa. Situasi pembelajaran sebaiknya dapat menyajikan fenomena dunia nyata, masalah yang autentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menyampaikan gagasan tentang studi model problem based learning guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

METODE

Metode penulisan merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mengumpulkan data, mengolah data, dan menganalisa data dengan teknik tertentu. Dalam penulisan artikel ilmiah ini, metode penulisan yang penulis gunakan adalah menggunakan pendekatan studi kepustaan. Studi kepustakaan merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan dan mempelajari jurnal, buku-buku, internet, atau media lain yang ada hubungannya dengan masalah dan solusi dalam artikel ilmiah ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, sebab secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri atas menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2007:67), belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah, belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian dan bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.

Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning atau pengajaran berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. (Arends yang dikutip dalam Trianto (2007:68)).

Dengan demikian, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif dalam membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial. Dalam perolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Dan Pemecahan Masalah

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah mengorientasikan siswa pada masalah-masalah autentik, suatu pemusatan antar disiplin pengetahuan, penyelidikan autentik, kerjasama, menghasilkan karya (publikasi hasil) (Ibrahim, dkk: 2000:4). Model pembelajaran ini bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir di kalangan siswa lewat latihan penyelesaian masalah, oleh sebab itu siswa dilibatkan dalam proses maupun perolehan produk penyelesaiannya. Dengan demikian model ini juga akan mengembangkan keterampilan berpikir lewat fakta empiris maupun kemampuan berpikir rasional, sehingga latihan yang berulang-ulang ini dapat membina keterampilan intelektual dan sekaligus dapat mendewasakan siswa.

Siswa berperan sebagai self-regulated learner, artinya lewat pembelajaran model ini siswa harus dilibatkan dalam pengalaman nyata atau simulasi sehingga dapat bertindak sebagai seorang ilmuwan atau orang dewasa. Model ini tentu tidak dirancang agar guru memberikan informasi sebanyakbanyaknya kepada siswa, tetapi guru perlu berperan sebagai fasilitator pembelajaran dengan upaya memberikan dorongan agar siswa bersedia melakukan sesuatu dan mengungkapkannya secara verbal. Dengan demikian apabila kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meningkat diharapkan proses pembelajaran akan lebih baik dari sebelumnya.

PBL tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajaran yang mandiri (Ibrahim, dkk., 2000:7).

Peran Guru

Menurut Ibrahim (2000:12) di dalam kelas PBL, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru dalam kelas PBL antara lain, (1) Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari. (2) Membimbing penyelidikan, misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen. (3) Membimbing dialog siswa (4) Mendorong belajar siswa.

PBL terdiri atas lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut,

a.Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih

b.Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

c.Membimbing siswa dalam penyelidikan Individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

d.Mengembangkan dan menghasilkan hasil kerja

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan model, serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

e.Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan prosesproses yang mereka gunakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian-uraian diatas tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau pembelajar), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalamanpengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa.

Dengan demikian diharapkan penerapan PBL sebagai model pembelajaran matematika lebih dapat dimaksimalkan guna meningkatkan kemampuan berpikir dan pemecahan masalah serta menambah pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Firdaus . 2009 .Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.

http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahanmasalah-matematika/. Posted 23 November 2009

_______. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs. Jakarta: Pusat kurikulum, Depdiknas.

Eman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: IMSTEP JICA.

Hawadi, Reni Akbar, R. Sihadi Darmo Wihandjo, dan Mardi Wiyono. 2001. Keberbakatan Intelektual. Jakarta: Grasindo

Ibrahim, Muslimin. 2000 . Pengajaran Berdasarkan Masalah. University Press. Surabaya.

Kunandar. (2008). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun