Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perlukah Memperkenalkan Uang Lebih Dini pada Anak?

24 Juli 2011   09:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:25 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311513476516401212

[caption id="attachment_124795" align="aligncenter" width="680" caption="pic.baby balita.com"][/caption]

Sejak kecil anak-anak telah menunjukkan kesukaan yang berbeda terhadap sesuatu. Baik benda ataupun reaksi terhadap tingkah laku orang-orang sekelilingnya. Anak perempuan saya saat berusia satu tahun paling suka main-main dengan uang receh. Suami saya selalu menyimpan uang receh atau koin dalam sebuah wadah. Sehabis beli rokok atau sisa belanjaan selalu dimasukkan ke dalam sebuah tabung yang sengaja disediakan untuk meletakkan koin agar tidak berserakan. Jika sewaktu-waktu perlu uang kecil tinggal ambil. Atau bila jumlah recehnya sudah banyak tinggal dibawa ke kantor dan dii tukarkan kepada teller.

Awalnya saya menganggap itu hanya hal biasa. Karena bunyi koin yang beradu menarik perhatian kakak. Tapi lama-lama saya jadi memperhatikan ada kecenderungan kakak bukan hanya sekedar tertarik pada koin-koin itu. Tetapi ia memang menyukainya. Setiap hari kakak senang sekali menumpahkan koin-koin dari dalam tabung lalu menyusunnya membuat rupa apa saja yang diinginkannya. Saat itu saya berpikir, apa anak saya nanti besar juga akan bekerja di kantor seperti bapaknya? Sejak kecil kerjaannya sudah ngitung-ngitung duit. Heheh.

Semakin bertambah usia, semakin berkurang kebiasaan untuk bermain koin. Karena sudah terbiasa melihat uang-uang receh kakak mulai mengerti dengan uang. Kesempatan itu saya pergunakan untuk langsung memperkenalkan arti uang kepada si kakak. Saya mencoba minta bantuan kakak untuk berbelanja sesuatu ke warung, awalnya dengan membawa uang pas. Setelah ia mulai berani berangsur saya coba berikan uang dengan nominal yang cukup besar seperti uang lima atau sepuluh ribuan. Jika jumlah uang yang saya berikan kepada kakak lembaran duapuluh ribuan ke atas maka kakak akan meminta dompet kecil kepada saya, tempat nanti dia membawa kembalian uangnya.

Meskipun sudah mengenal uang, kakak tahu kalau untuk jajan ia hanya butuh uang receh Rp.500,- atau paling besar lembaran Rp.2000,- Kakak tidak akan mau menggunakan uang sepuluh ribu atau yang lebih besar dari itu untuk belanjanya. Meskipun di laci uang di toko ada lembaran uang kertas yang lebih besar, jika ia minta berbelanja dan saya menyuruhnya mengambil sendiri di laci. Saat kakak tidak menemukan uang seribuan maka kakak tidak akan berbelanja. Atau meminta saya yang menemaninya untuk berbelanja.

Banyak orang tua yang mengatakan. Kalau jangan ajarkan anak-anak memegang uang terlalu cepat Karena itu tidak baik. Tapi saya tidak memberlakukan itu pada anak saya. Saya malah berpikiran berbeda, memberitahunya nilai harga uang berarti mengajarkan anak-anak mandirimengelola keuangan secara financial. Mengajarkan pada anak bahwauang itu hanya diperlukan untuk memiliki sesuatu barang yang hanya kita butuhkan.

Saya berpikiran bahwa jika anak-anak diberitahu cara mengelola uang dengan tepat maka nantinya ia pasti mampu mengelola keuangannya dengan baik sehingga secara financial ia bias lebih mapan. Selain itu dengan memberitahukan anak tentang uang ia akan belajar bertanggung jawab dengan uang yang dimilikinya. Apa saja yang boleh dilakukannya dengan uang yang ada di tangannya. Anak-anak juga harus diajarkan berapa uang yang boleh dibelanjakannya, dan berapa uang yang harus disimpannya untuk ditabung. Mereka harus tahu bahwa untuk mendapatkan uang itu tidak mudah. Maka kita harus mengajarkan kepada mereka untuk berhemat dengan menabung. Secara tidak langsung anak-anak belajar untuk mandiri mnegelola keuangannya.

Mengajarkan cara meneglola uang pada anak juga dapat dilakukan dengan melibatkan anak dalam membahas masalah keuangan keluarga. Meskpun sepenuhnya ia belum mengerti namun ia harus tahu Ada saat dimana dalam satu keluarga kita pernah mengalami kesulitan secara financial. Saat seperti itu orang tua harus memberikan pelajaran yang baik pada anak. Tidak ada pertengkaran dalam keluarga terkait ketidak berdayaan keluarga dalam kondisi keuangan. Respon orang tua terhadap masa-masa sulit itu akan menjadi contoh bagi anak-anak cara mereka bereaksi terhadap kesusahan keuangan yang suatu saat mungkin juga akan dialaminya.

Meyakinkan anak bahwa seberat apapun kondisi keuangan keluarga saat itu pasti ada solusi untuk memecahkannya. Dengan memberitahukan kepada anak perlu ada perencanaan yang matangdalam mengelola keuangan. Serta memberitahukan mereka apa dampak negative jika pengeluaran dilakukan tanpa rencana.

Semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang cerdas dalam segala hal. Termasuk mempersiapkan kecerdasan mereka dalam mengelola keuangan secara mandiri.

Batusangkar, 24 Juli 2011

Selamat sore,selamat hari anak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun