Pada saat ini, harga daging ayam ras dikandang peternak hanya Rp. 11.000,- s/d 12.000,-/kg  (HPP Rp. 15.500,- s/d Rp.16.300,-), harga karkas ayam di konsumen pada posisi Rp. 31.000,- s/d Rp.34.000,-/kg.Â
Begitu juga harga telur ayam mengalami kehancuran harga di peternak layer Rp.10.000,-12.000,-/kg (HPP = Rp.16.000,- s/d Rp.17.000,-) sebagai dampak daya beli konsumen yang melemah (terjadi sebelum dan setelah Covid-19) serta adanya intrusi telur ayam bibit dari perusahaan breeding yang masuk secara gelap kepasar konsumsi sehingga menghancur benturkan harga telur di tingkat peternak.
Hal ini juga bisa disolusi oleh pemerintah dengan menggunakan dana yang sudah ada yaitu dana stabilitas penanggulangan harga ayam sebesar Rp 452 Milyar dari DJPKH ditambah dengan dana importasi karkas kerbau oleh Bulog yang diarahkan kepada dana penanggulangan perbaikan harga di perunggasan nasional.
Usulan di dalam tulisan ini dari penulis, bisa dilaksanakan dengan adanya silaturahim antara Menteri Pertanian RI bersama DJPKH dengan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dapat direalisasikan dalam mensolusi jangka menengah dan panjang permasalahan perunggasan Nasional. Semoga bisa direalisasikan dalam waktu dekat ini. Â
 Apabila terjadi over supply sebagai akibat gejolak fluktutif daya beli masyarakat yang lemah, fungsi Cold Storage dan RPHU di berbagai daerah dapat diaktifkan sehingga bisa menjadi buffer stock daging unggas dan produk unggas secara Nasional sehingga harga LB di peternak dan karkas di konsumen bisa stabil terkendali.Â
Di sinilah sebenarnya fungsi Bulog sebagai katub pengaman persediaan Nasional dan ekspor bisa dijalankan.
Memang dalam jangka menengah dan panjang, Indonesia sudah seharusnya mempersiapkan strategi Kedaulatan Pangannya dengan mengutamakan basis pertanian dan peternakan dari potensi rakyat yang sudah dikondisikan sebagai Pertanian dan Peternakan modern dan terpadu terintegrasi sehingga daya saing pangan Indonesia juga tinggi.Â
Untuk itulah kita berharap Bulog dapat berperan untuk memegang peranan besar agar bisa dijadikan sebagai wadah buffer Stock daging unggas Nasional.
Dana yang ada di pemerintah yang tadinya untuk importasi daging kerbau dari India (beban devisa), jika hal ini dapat derealisasikan, akan sangat membantu menggerakkan roda perekonomian untuk multiplier effect UMKM di sektor peternakan khususnya sektor protein hewani kecil yang berasal dari dalam negeri sendiri.Â
Artinya persediaan protein nasional yang berasal dari unggas dapat kita pertahankan didalam misi kedaulatan Pangan Nasional yang melibatkan para peternak dan petani. (Ashwin Pulungan-PPUI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H