Mohon tunggu...
Bang Bams
Bang Bams Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tidak semua Tulisan itu Benar & Tidak semua Kebenaran itu harus Dituliskan, tapi Kejujuran lebih baik daripada Keguguran. (Ngaco)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benarkah Wanita Indonesia Takut Sukses?

10 Januari 2012   14:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:04 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Psikolog UI, Dr. Liche Seniati menulis di Kompas bagus sekali. Judulnya sangat provokatif. Benarkah Wanita Indonesia Berani Sukses dan menjadi beda?

Di tengah semakin besarnya kesempatan bagi wanita untuk bekerja di berbagai bidang pekerjaan serta mengenyam pendidikan tinggi, masih sering terdengar cerita bahwa wanita lebih memilih berhenti bekerja atau berhenti kuliah, terutama setelah berkeluarga.

Mengapa Bisa begitu?

Ada berbagai alasan yang dikemukakan atas tindakan ini. Salah satunya adalah untuk menjalankan kodrat alam, yaitu menjadi istri dan ibu yang baik. Alasan di atas sebenarnya merupakan alasan yang sangat mulia.

"Namun, ada juga yang berpendapat bahwa alasan ini semata-mata muncul karena wanita tidak ingin kehilangan femininitasnya, kehilangan penghargaan sebagai seorang wanita yang feminin, serta ditolak lingkungan sosialnya."

Secara keseluruhan, ketiga hal tersebut merupakan konsekuensi negatif yang diperkirakan wanita jika ia terlihat berprestasi dalam pekerjaan atau pendidikan. Konsekuensi ini muncul dari adanya ketakutan akan sukses (fear of success) dalam diri wanita, yang pada akhirnya memunculkan adanya motivasi menghindari sukses (motivation to avoid success).

Istilah takut sukses ini pertama kali dikemukakan di Amerika Serikat oleh Martina Horner pada tahun 1965 untuk membahas hasil penelitian McCleland mengenai banyaknya wanita yang kurang berprestasi dibandingkan pria. Menurut Horner, takut sukses ini merupakan salah satu penghambat motivasi wanita untuk berprestasi. Takut sukses ini sebenarnya merupakan hasil dari adanya konflik antara motif berprestasi (motif untuk mencapai sesuatu berdasarkan standar keunggulan tertentu) dan motif afiliasi (motif untuk dekat dengan orang lain).

Pada kebanyakan masyarakat, wanita umumnya lebih dituntut untuk menampilkan motif afiliasi dalam bentuk lebih dekat dan lebih memperhatikan orang lain dibandingkan menampilkan motif berprestasi dalam pekerjaan di luar rumah. Karena itu, sering kali wanita merasa lebih penting untuk mencapai keberhasilan dalam bidang rumah tangga serta dalam pekerjaan tradisional wanita, seperti perawat atau guru.

Di sisi lain, takut akan sukses muncul karena wanita takut melanggar norma sosial yang ditetapkan masyarakat. Norma sosial yang ditanamkan pada wanita adalah untuk tampil feminin, yaitu patuh, mengabdi, pasif, mengurus rumah tangga, dan bergantung pada orang lain.

PERTANYAAN yang kemudian muncul adalah: Benarkah wanita Indonesia saat ini masih takut sukses?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun