Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menguji Moral Baja 'Kelompok Ketiga' di Jakarta

14 Januari 2016   14:16 Diperbarui: 1 Maret 2016   04:39 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam catatan sejarah, London pernah dibombardir bom oleh Jerman dari udara di Perang Dunia II. Peristiwa itu dinamai "London Blitz". Ada 3 jenis orang yang terdampak saat sebuah bom jatuh, menurut penelitian ahli jiwa asal Kanada J. T. MacCurdy yang ia muat dalam bukunya "The Structure of Morale". Pertama ialah mereka yang tewas seketika. Mereka tidak menebarkan ketakutan dan kecemasan. Mayat tidak bisa berlarian atau menyebarkan berita buruk. Kedua ialah mereka yang nyaris tewas tetapi bertahan. Mereka ini yang luluh lantak secara psikologis dan mental. Mereka yang paling membutuhkan pertolongan medis tetapi untuk sementara waktu mereka tidak bisa menebarkan ketakutan. Ketiga ialah mereka yang juga ada di sana tetapi luput dari maut, tidak langsung mengetahui kejadian secara rinci. Cuma melihat asap, atau mendengar dentuman, atau melihat ambulan melintas membawa korban.

Pemerintah Inggris menyangka akan ada banyak warga London yang lari pontang panting dan gila karena teror bom udara itu. Bahkan rumah sakit jiwa sudah didirikan untuk bersiap menampung warga yang terganggu jiwanya akibat bom yang beruntun disebarkan pesawat-pesawat tempur Jerman. 

Yang tidak masuk akal dan di luar perkiraan, London tidak berubah menjadi kota mati. Warga London membuktikan sebaliknya. Semua itu berkat kelompok ketiga yang bersikap lebih optimis dan positif. Mereka lebih kuat dari yang disangka-sangka. Kegiatan sehari-hari masih berjalan seperti biasa. Pedagang masih menggelar dagangan. Pembeli masih keluar rumah, tidak mengurung diri dan ketakutan. Rumah-rumah sakit khusus penderita gangguan jiwa itu malah sepi, para petugasnya makan gaji buta saja. 

Lebih lanjut, MacCurdy berkata bahwa semua manusia menyimpan ketakutan tetapi saat kita berhasil menaklukkan ketakutan itu dan membuktikan bahwa ketakutan itu tidak beralasan dan tidak seburuk dugaan, rasa bahagia dan berani-lah yang tercipta. 

Jerman membombardir London dengan tujuan memunculkan trauma dan teror yang diharapkan bisa menghancurkan moral warga London. Namun, efek yang ada malah sebaliknya. Makin banyak bom jatuh di tanah London, makin subur keberanian itu dalam jiwa mereka. Bom itu, dengan kata lain, malah menjadi pupuk penyubur.

Kondisi Jakarta saat ini pastinya tidak separah London saat itu (kurang lebih 250 ribu jiwa melayang dan luka-luka). Dan saya pastikan memang demikian saat melihat jalan raya di depan saya masih sarat lalu lintas. Menyeberang jalan masih perlu menunggu lampu merah. Mall itu masih buka. Pekerja masih berada di meja. Anak-anak masih bermain hingga membuat seorang temannya menangis di sebuah gang. Dan perokok-perokok itu saja yang mondar-mandir gelisah di depan pintu, memeriksa layar ponsel cerdas yang terus menyajikan berita teror. Tetapi bukankah mereka juga resah begitu meski tidak ada apapun?

Di grup WhatsApp keluarga, saya kabarkan diri baik-baik saja. Sekitar tempat tinggal dan tempat kerja juga aman. Saya mencoba menenangkan mereka karena memang tidak ada alasan untuk takut berlebihan. Ini cuma segelintir orang gila yang nekat menghilangkan nyawa diri dan orang lain.

Apa yang kita butuhkan sekarang sebagai kelompok ketiga ialah menghentikan semua teror dan ketakutan itu dan lebih banyak menguatkan saudara-saudara kita yang tidak berada di sini. Kondisi Jakarta tidak seburuk yang mereka sangka yang biasanya dipicu imajinasi akibat pemberitaan media.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun