Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Money

Kreasi Digital Akan Antar Indonesia jadi Negara Adidaya

23 November 2016   12:56 Diperbarui: 28 November 2016   10:05 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Memang saya akui masih banyak tantangan yang lain terkait dengan perkembangan dunia startup digital di Indonesia. Tetapi jika dirunut akarnya, saya menemukan dua tantangan utama ini. Jika tantangan berupa pola pikir dan sikap yang konservatif mengenai konsep kerja ini sudah disingkirkan dalam benak masyarakat Indonesia, saya sangat optimis makin banyak orang yang mau menjadi entrepreneur dan bahkan menganggap pekerjaan itu sebagai sebuah profesi yang tidka kalah bergengsi sebagaimana profesi-profesi lain yang sudah dikenal dalam masyarakat kita.

Mengapa Startup Digital?

Bisa Anda semua amati bahwa sejauh ini ekonomi Indonesia lebih banyak digerakkan oleh sektor sumber daya alam tak terbarukan seperti minyak dan gas alam serta dari sektor sumber daya alam terbarukan. Ekonomi kita sangat mengandalkan pemasukan dari sektor-sektor ini. Akibatnya kita sudah tahu. Kelestarian lingkungan yang semestinya menjadi sebuah warisan yang dijaga malah diobrak-abrik. Ironisnya, perusakan dan eksploitasi besar-besaran yang melampaui batas itu tidak hanya dilakukan oleh orang kita sendiri tetapi juga pihak asing yang sudah berkonsolidasi dengan oknum dalam sendiri.

Industri digital membuka sebuah gerbang peluang baru. Mereka lebih berfokus pada manusia, sumber daya yang terlupakan untuk digarap di Indonesia (sampai bangsa ini saja dicap memiliki kualitas pendidikan terendah di kawasan Asean). Dengan menggarap dan meningkatkan mutu sumber daya manusia, kita bisa menemukan cara-cara kreatif untuk menghasilkan pemasukan bagi negara tanpa harus banyak menyedot kekayaan alam. Hanya karena negeri kita memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, bukan berarti kita bisa semena-mena menghabiskan dan bermanja-manja seolah sudah hidup di surga. Surga semu ini terbukti sudah membuat kita sebagai bangsa yang mudah berpuas diri dan  akhirnya terpuruk dan terbelakang. Yang menggelikan lagi, begitu dijadikan pasar oleh pelaku industri asing, baru merasa terhina, gusar dan marah. Padahal, semua itu dari sikap kita sendiri sebagai bangsa yang kurang bervisi ke depan.

Untuk bisa menjadi bangsa yang bervisi ke masa datang, kita harus membuka mata bahwa sekarang komoditas yang termahal bukanlah kayu, emas, perak, timah, dan sebagainya. Tetapi yang makin mahal dan lebih dihargai sekarang ialah ide, gagasan, informasi dan data. Jadi, mau sampai kapan bangsa ini hanya mengandalkan pemasukan dari sektor SDA-nya?

Jika kita cermati, bisa disaksikan bahwa startup-startup digital memegang peran penting dalam ekonomi sebuah negara. Mereka mewakili ide-ide alternatif yang segar dan belum pernah terpikir sebelumnya. Dan ide-ide inilah yang bernilai tinggi sekarang.

Kehadiran startup digital dalam sebuah bangsa bisa menjadi peluang untuk menggenjot perekonomian negara di masa kini dan mendatang. Saya ambil contoh India. Negara asal tokoh besar Mahatma Gandhi itu melakukan reformasi pada tahun 1991 pada industri teknologi informasinya. Dan sejak itu, mereka melesat cepat. Dengan dukungan faktor-faktor lain, entrepreneurship digital di sana bangkit. Dengan kebangkitan entrepreneurship itu, India yang memiliki bonus demografi yang tinggi (berupa banyaknya orang berusia produktif yang trampil, masih muda dan giat bekerja) mampu mengubahnya menjadi sebuah aset bangsa daripada menjadi beban (karena jika tidak termanfaatkan dengan baik, orang-orang muda di usia produktif bisa menjadi pengangguran yang membebani bangsa dan negara).  Dengan semua aset ini dan ditambah dengan entrepreneurship di bidang digital, India diramalkan akan menjadi negara maju dalam 10 sampai 15 tahun lagi.

Bagaimana dengan Indonesia? Sebagai sebuah negara berkembang dengan segudang potensi untuk menjadi negara adidaya, kita juga sebenarnya memiliki kondisi yang kurang lebih sama dengan India. Tetapi apakah kita mau menggunakan potensi itu secara maksimal dan keluar dari zona nyaman ini? Jawabannya ada pada diri kita. (*)

Facebook: Akhlis Purnomo

Twitter: @akhlis27

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun