Mohon tunggu...
Aeni Pranowo
Aeni Pranowo Mohon Tunggu... Guru - Guru

Enjoy the sun and the rain!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jika Harus Mati Listrik di Jepang

31 Oktober 2013   08:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:48 2457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_275222" align="aligncenter" width="518" caption="Pengumuman Kapan Mati Listrik"][/caption] Seriiiiing sekali saya membaca status teman-teman di FB yang curcol tentang mati listrik di daerahnya. Ada yang sesekali mengumpat ini itu pada PLN karena mati nya udah kayak minum obat saja, tiga kali sehari. Mb Aurora malah pernah nulis puisi curcol karena PLN yang seriiiiiing banget bikin sewot. Semalam salah satu teman yang bermukim di pedalaman Kalimantan juga mengeluhkan karena jadwal mati listrik yang biasanya pukul 24:00 sekarang maju jadi jam 23:00, padahal dia punya bisnis online yang baru bisa dioperasikan setelah anak-anak tidur, alis malam hari. Tapi masalah mati mematikan ini bukannya PLN juga sering memberikan pengumuman? Seingat saya dulu waktu masih tinggal di Jogja, kadang ada pengumuman di Radio yang memberi tahu jika besok akan terjadi pemadaman listrik di daerah mana, jam berapa dan (mungkin) akan berlangsung berapa lama. Sering juga pak RT atau pak RW mengumumkan masalah pemadaman listrik lewat corong mushola, biar tangki-tangki air dipenuhi sebelum terjadi pemadaman. Cukup membantu kalau menurut saya. lain Indonesia, lain pula di Jepang. Di sini saking concern nya mereka pada kenyamanan pelanggan, maka pengumuman pemadaman listrik dilakukan seminggu (bisa lebih) sebelum due date nya. Bukan lewat koran, radio atau corong mushola lho ya... (Ga ada mushola juga soalnya), tapi pakai selebaran yang diantar kan ke pintu masing-masing pelanggan plus disertai penjelasan, terutama bagi kami orang asing yang buta huruf. Saya suka gambar pada pengumuman itu. Ada petugas yang menunduk meminta maaf atas ketidaknyamanan ini. Kalau sudah begini apa ya mungkin pelanggan akan mencak-mencak sama petugasnya? Di lembar pengumuman itu, juga terdapat waktu pasti kapan mulai pemadaman sampai pukul berapa plus denahnya. Area mana saja yang akan terkena dampak pemadaman. Hal ini juga berlaku untuk air dan gas. Air di sini memang harus beli, dengan harga yang relatif fantastis. Saya pernah ditanya oleh teman Jepang, apakah di Indonesia air gratis? Saya jawab kalau yang punya sumur ya gratis, tinggal bayar listrik saja. Lalu dia tanya, kalau listrik sebulan kamu habis berapa di Indonesia? Saya jawab paling banyak 80.000 rupiah atau sekitar 800Â¥. Dan dia pun mlongo! Sama persis kayak saya waktu pertama kali melihat tagihan air, listrik dan gas. Mlongo sambil mewek. Air 2400Â¥ (240.000 rupiah), Gas 4000Â¥ (400.000 rupiah) listrik 3200Â¥ (320.000 rupiah). [caption id="attachment_275223" align="aligncenter" width="576" caption="Denah Pemadaman"]

13831813981168049353
13831813981168049353
[/caption] Tapi saya tetap optimis, suatu saat layanan jasa di negeri kita Indonesia akan tidak kalah dengan negeri Sakura ini. Memang butuh waktu untuk sampai ke tahap ini. Seperti halnya Jepang pun butuh waktu juga hingga sampai pada pelayanan prima di semua lini. Pembentukan karakter sumber daya manusia menjadi kunci pokok suksesnya pelayanan prima, tidak hanya pada PLN, namun pada semua layanan jasa, sehingga harus bayar mahal pun ga papa *ups

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun