Awas Hati-Hati Dokter Itu Ternyata Serigala!
https://www.hellomagazine.com/film
Maaf, di kampungku, Mbah Marjan seorang pintar –hipnoterapis barangkali begitu istilah kerennya, biasanya ngobati pasien nggak pakai tangan, tapi pakai mata. Jadi kalau ada yang kerasukan atau seperti orang bingung tapi nggak tahu kenapa, Mbah Marjan akan memanggilnya, cukup dengan menatap dan biasanya—pasien akan seperti tercucuk hidung dan mengikut apa kata Mbah Marjan. Lain lagi kalau anak-anak, begitu dipandang Mbah Marjan langsung histeris, tapi sebentar, setelah itu diam dengan sendiri. (sebenarnya bukan karena takut, karena kali berikutnya Mbah Marjan akan mengiminginya dengan penganan, atau permen gulali kesukaan anak-anak).
Begitulah kurang lebih barangkali versi “hipnotic”, ala kampung seperti yang sekarang lagi jadi salah satu film thriller baru Netflix pilihan para pecinta film thriller dengan sudut pandang beda. Kali ini sosok hipnoterapis karismatik-lah yang jadi tokoh antagonis terselubung dalam kharisma laki-laki perlente.
Kate Siegel yang didapuk sebagai Jenn, sosoknya adalah seorang wanita depresi yang direkomendasi ketemu Jason O’Mara yang berperan sebagai salah satu tokoh kunci dalam hipnotic yang berperan sebagai Dr. Collin Meade.
Film yang disutradarai oleh Matt Angel , Suzanne Coote, dan naskahnya ditulis oleh Richard D’Ovidio, adalah genre film drama, horor, dan pasti penuh misteri. Pasar kelihatannya lagi demam mistitisme, horor dan sejenisnya. Di Kompasiana beberapa minggu ini konten misteri dan mistis juga bermunculan, tulisan tentang ulasan film ini salah satu, meski tak horor-horor habis.
Jenn (Kate Siegel) yang tengah depresi adalah seorang insinyur perangkat lunak, kurang lebih anggota dari kerabat dekat warga Lembah Silicon Valley. Untuk keperluan urusan terapi penyembuhannya, ia harus bertemu dengan Dr. Meade (Jason O’Mara). Di balik stilenya, Dr Meade, sebenarnya tak lebih dari seorang maaf: bajingan!. Seorang ahli terapis yang tidak etis, seorang jahat yang melihat peluang ketika melihat seseorang yang merasa depresi dan ia berada di atas, karena merasa sebagai orang yang dicari dan bisa menyelesaikan masalah. Sebaliknya dari sanalah masalah justru kemudian timbul.
Kurang lebih kalau di Indonesia, kasusnya jadi punya judul, dukun cabul mengelabui pasiennya demi “kenikmatan” yang langka. Sebagai seorang penjahat super, praktik jahatnya mengaburkan batas antara hipnosis dan pengendalian pikiran langsung. Jadi pasien tidak akan merasa telah terjadi sesuatu di luar batas mau, padahal realitasnya terbalik. Semuanya jadi fatamorgana menyenangkan yang kabur. Pasien akan merusak diri sendiri dalam kesadaran.
Sebuah film menarik yang benang merah pembelajarannya bisa dipadankan dalam banyak kasus serupa. Termasuk jika kita mau menerjemahkanya secara tradisional sekalipun, seperti urusan perdukunan, karena alurnya bisa saja kurang lebih sama. Dan kasus model ini, jamak terjadi ketika orang meyakini klenik sebagai basis pengobatan, yang didunia barat, kali ini di bawa ke ranah hipnosis.
Beruntung , film menyediakan tokoh penyeimbang antara ketegangan penonton-dan kengerian thriller yang seolah akan memenangkan Dr. Meade, dengan kehadiran seorang detektif cerdik (Dule Hill). Padahal sudah jamak jika dalam banyak film selalu yang baik akan jadi pemuas ketakutan dan kekuatiran penonton kalau jadi pemenang, sekalipun sebelumnya diuber, diancam serigala, dan dipastikan seperti bakal jadi domba korban atau pesakitan—biasanya begitu alias happy ending-lah.
Meskipun secara keseluruhan drama thriller dibumbui aroma misteri yang harus ditebak-tebak, tapi sesekali bisa membuat kita sesak nafas, atau berteriak selagi ingat. Tapi setidaknya film ini adalah bentuk pembelajaran, kewaspadaan terhadap kasus, atau praktek serupa yang mungkin bisa menimpa siapa saja. Karena para penjahat, kadang tak berencana, tapi kesempatan atau stimulan yang bisa saja membuatnya jadi bertindak. Atau jika persis seperti dr. Meade, memang sudah bawaan. Jadi, Waspadalah!