Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Gagal Move On? Saatnya Menyadari Rasa yang Salah di Waktu yang Tepat

16 April 2021   05:38 Diperbarui: 16 April 2021   05:43 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Move On, Menyadari Rasa Yang Salah di Waktu Yang Tepat. Sumber: Liputan6

" Kita adalah rasa yang tepat di waktu yang salah" kata Fiersa Besari. 

Lirik dan judul lagu itu tepat, jika kita memahaminya sebagai cara atau ungkapan menunjukkan betapa besar rasa sayang atau cinta kepada mantan kekasih. Judul lagu itu bisa jadi pengalaman penulis lagu itu, atau bisa jadi pengalaman orang lain yang diceritakannya. 

Namun yang pasti, inspirasi lagu itu pasti kisah nyata yang pernah dialaminya atau dialami orang lain. Atau bisa jadi sebuah kebetulan, karena pengalaman itu pasti pernah dialami seseorang. Kebetulan saja, itu menjadi lirik dan judul lagu. 

Yang pasti judul lagu itu bisa mewakili rasa, dari sebuah pengembaraan cinta seseorang di masa lalu yang gagal total. Rasa yang tepat di waktu yang salah, adalah sebuah pengakuan rasa tentang harapan yang tidak bisa dilanjutkan atau diwujudkan. 

Jika kita bersepakat dengan judul lirik lagu itu, aih..bisa jadi itu sebuah kegagalan untuk move on, gagal menyadari bahwa rasa itu salah. Maka untuk bisa move on, di waktu yang tepat, kita harus menyadari bahwa rasa itu salah. Kapan waktu yang tepat itu? Ya, sekarang juga!.

Itu menurut saya loh! bisa jadi tidak benar. Tergantung sudut pandang sahabat. Tapi  mari kita tengok, dalam budaya kita, rasa itu berhubungan dengan perilaku. 

Maksudnya, perilaku menunjukkan bagaimana cara kita memahami rasa. Kalau sudah terlanjur memes, eh salah, maksudnya terlanjur sayang, biasanya secara sadar ataupun tidak sadar, perilaku kita akan menurutkan hawa rasa atauun naluri. 

Kalau itu yang terus dipiara, kita tidak akan pernah menyadari, apakah itu sesuatu perilaku yang tepat atau tidak. Kita tidak pernah memikirkan soal waktu, karena waktu hanya soal perjalanan. Waktu adalah perjalanan rasa, jadi waktu dianggap hanya suplemen, atau urusan tambahan, bukan yang utama. 

Kita tidak pernah berhitung soal waktu, tapi lebih berhitung soal kualitas rasa. Rasa cinta, rasa sayang, perhatian dan sebagainya, itu yang diutamakan, karena kita menanggap bahwa itu yang terpenting. 

Kita tidak pernah menyadari kapan waktu yang tepat untuk mengumbar rasa itu dan kapan harus menyembunyikannya. Karena rasa itu yang utama, kita menganggap rasa itu milik kita sepenuhnya, dan waktu adalah pengikut setia, dimana rasa itu kita miliki, waktu akan terus berpihak. Padahal bisa saja berubah, karena rasa dan waktu bukan sepenuhnya miliki kita, tapi milik orang lain, maksudnya kekasih atau mantan. 

Kita tidak pernah memikirkan atau membayangkan apakah, cara kita merasa itu sama dengan orang lain, Dengan mantan atau kekasih kita maksudnya. Padahal, bisa saja cara merasa kita berbeda, juga cara memahami waktu. Cara mengelola rasa yang tidak pernah mempertimbangkan waktu, adalah kegagalan kita menyeimbangkan antara rasa dan rasio atau logika. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun