Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Saujana Budaya: Satu Kesatuan Ruang Membingkai Indonesia dalam Pesona

13 September 2020   13:53 Diperbarui: 14 September 2020   13:21 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sawah berundak, dan sistem irigasi tradisional Bali atau dikenal dengan subak menjadi pemandangan yang banyak menarik wisatawan lokal maupun mancanegara datang ke Bali.| Sumber: Kompas/Heru Sri Kumoro

Sejauh mata memandang, selayang pandang yang dari dekat hingga jauh, mata dunia disuguhi pesona Indonesia yang kaya budaya. Di Indonesia, banyak kita temui rekayasa ruang sedemikian rupa menjadi pesona alam sekaligus budaya yang menarik pandangan mata.

Pesona alam menjadi daya tarik yang diproduksi oleh laku budaya. Itulah saujana budaya, sebuah bentang alam, sekaligus bentang budaya sekaligus. Di bentangan ruang yang sama kita bisa melihat bentang alam dan budaya berjumpa. 

Saujana, kata yang masih asing terdengar ini adalah kata asli bahasa Indonesia, yang secara harfiah menurut Kamus Bahasa Indonesia berarti “sejauh mata memandang”.

Kata saujana kemudian disepakati dalam Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia tahun 2003 untuk digunakan sebagai terjemahan dari ‘cultural landscape’ atau bentang alam budaya. Saujana merupakan refleksi hubungan antara manusia dengan budayanya dan lingkungan alamnya dalam kesatuan ruang dan waktu yang luas.

Saujana merefleksikan tata cara masyarakat dalam mengolah lahan dan sumber daya alam yang berkelanjutan. Banyak saujana merefleksikan keberadaan dan perkembangan masyarakat lokal dalam mengelola sistem lingkungannya dalam waktu yang lama, sehingga tercapai keharmonisan hidup dengan alam dan terpeliharanya identitas budaya masyarakat. 

Saujana merupakan fenomena komplek dengan identitas pusaka yang ragawi, budaya benda (tangible) dan budaya tak benda atau budaya bukan ragawi (intangible). (Arsitektur dan Lingkungan UGM).

Dalam bentang alam, kita menyaksikan pula tindakan kebudayaan. Hubungan antara manusia dengan budayanya dengan alamnya sebagai satu kesatuan. Juga bagaimana cara manusia memperlakukan atau merekayasa ruang untuk laku budayanya. Kedua hal yang saling berjumpa berpadu sebagai satu kesatuan. 

Jadi dalam saujana budaya, kita tidak melihatnya terpisah-pisah, hanya data budayanya saja atau data lingkungan alamnya saja. Namun keduanya sebagai satu kesatuan dalam ruang, sebagai hubungan antara alam dan budaya masyarakatnya yang saling mempengaruhi, juga saling melengkapi.

Saujana budaya itu bentang alam, sekaligus bentang budaya dalam satu kesatuan ruang, alam dan lingkungan berupa area atau kawasan, dimana warisan budaya itu ada. 

Candi Borobudur sebagai budaya benda (tangible) dengan lingkungannya, dimana rekayasa ruang pada masa lampau, lingkungan di sekitar Candi Borobudur berkaitan langsung dengan fungsi Candi Borobudur dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Itu adalah salah satu contoh saujana budaya. Juga berbagai kawasan tempat dimana kebudayaan dibangun dengan cara memperlakukan alamnya menjadi satu kesatuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun