Mohon tunggu...
Wulan Sari
Wulan Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - blog pribadi

manusia merdeka, penikmat hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia untuk Manusia

7 Mei 2021   10:00 Diperbarui: 7 Mei 2021   10:10 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejatinya manusia adalah makhluk sosial, Pengertian sosial menurut para Paul Ernes dan Enda M.C adalah "Hubungan individu dalam sebuah komunitas dan bagaimana cara mereka menjalin hubungan antar sesama dalam berbagai kegiatan bersama dan hubungan ini merupakan inti dari sebuah interaksi di antara mereka di lingkungan masing-masing dan tidak terikat oleh sebuah pola tertentu". hal itu menjadikan setiap manusia yang ada dibumi harus dapat bersosialisasi dengan manusia lainnya guna untuk dapat bertahan hidup. Menurut Paula J. C. & Janet W. K. Manusia merupakan makhluk yang terbuka, bebas memilih makna di dalam setiap situasi, mengemban tanggung jawab atas setiap keputusan, yang hidup secara berkelanjutan, serta turut menyusun pola hubungan antar sesama dan unggul multidimensional dengan berbagai kemungkinan.

Sebagai makhluk sosial manusia juga dipandang sebagai organisasi atau perkumpulan individu, mereka memerlukan keterkaitan satu sama lain. Aristoteles mengkatagorikan manusia ke dalam "Zoon Politicon" yang berarti manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dan berkumpul. Dengan kesadaran dirinya sebagai makhluk sosial, ia harus memikirkan bagaimana bertindak dengan sesamanya dan dengan semua makhluk ciptaan Tuhan. Tetapi kenyataannya dengan didasari keterbatasan, manusia dituntut untuk terus belajar. Belajar memahami dirinya sendiri dan belajar bahwa dirinya sendiri dan manusia lain adalah sama.

Ada juga istilah "Memanusiakan Manusia" adalah menjadi manusia seutuhnya. Artinya, sebagai ciptaan Tuhan paling mulia, kebahagiaan utama adalah tatkala kita dapat menjadikan sesama manusia lebih terdidik, lebih bermartabat, lebih sukses, lebih pintar, dan lebih baik hidupnya. Disitulah baru seseorang benar-benar memperoleh 'gelar kemanusiaannya'. Selama kepintaran, keterdidikan, kesuksesan, kekayaan, dan semua kelebihan yang dimiliki hanya untuk kepentingan dan kepuasan diri sendiri, berarti belum menjadi manusia utuh sebagaimana seharusnya.

Manusia juga memiliki hasrat dan keinginan, terkadang demi memuaskan hasrat dan keinginan manusia tanpa sadar bisa saling menindas sesamanya, yang tertindaspun terkadang tidak menyadarinya dikarnakan sudah dibentuk sedemikian rupa oleh para penindas. Untuk itu manusia perlu memiliki martabat, kesadaran, dan memahami dirinya sendiri. Usaha memahami diri sendiri sama dengan pemaknaan diri atau pemaknaan hidup. Dengan begitu manusia bisa paham dan mengerti bahwa dunia ini hanya akan diisi oleh dua kemungkinan, ditindas atau tertindas. Namun apabila martabat manusia memenuhinya maka niscaya penindasan itu akan sirna, dan begitu juga sebaliknya.

Manusia dalam hidup dan kerja di dunia selalu berusaha untuk mengarah kepada kebaikan. Kebahagiaan adalah kebaikan tertinggi bagi manusia, Prinsip Kebaikan Tertinggi atau summum bonum berpangkal pada panggilan manusia kepada kesempurnaan perilaku dan hukum kodratnya. Summum bonum menurut Wikipedia adalah ungkapan Latin yang berarti barang tertinggi atau tertinggi, yang diperkenalkan oleh Filsuf Romawi Cicero untuk menunjukkan prinsip fundamental yang mendasari beberapa sistem etika yaitu, tujuan tindakan yang jika dikejar secara konsisten akan mengarah pada kehidupan yang sebaik mungkin. Pemenuhan kewajiban yang berasal dari hati nurani atau dorongan dari Tuhan adalah salah satu bagian dari summum bonum, dimana Tuhan memberikan tekad batin yang kuat untuk bertindak atas dasar kewajiban dan keutamaan, hal demikian lah yang dianggap sebagai moral yang murni.

Manusia memiliki akal dan pikiran, maka dari itu diperlukannya pendidikan agar manusia bisa berpikir, menganalisa, memutuskan dan menumbuhkan karakter pada diri sendiri. Pendidikan juga berperan penting untuk dapat menciptakan sumber manusia yang lebih baik untuk diri sendiri juga untuk bangsa. Dalam bukunya Politeia, Plato menekankan bahwa pendidikan adalah urusan paling penting bagi negara. Walapun pendidikan adalah salah satu faktor yang mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan juga tidak luput dari banyaknya permasalahan terutama bidang pendidikan di Indonesia.

Hak setiap warna negara adalah memperoleh pendidikan. Namun masih banyak anak bahkan orang-orang dewasa yang tak bersekolah, putus sekolah atau bahkan buta aksara, lantaran terkendala biaya. Tidak hanya biaya yang menjadi kendala, kekurangan guru untuk mengajarpun menjadi salah satu faktor permasalahan bidang pendidikan di Indonesia. Belum lagi infrastuktur bangunan sekolah yang kurang memadai, pasti pernah dengarkan bangunan sekolah rubuh akibat cuaca buruk atau ambruk karna memang bangunan sekolah sudah usang. Untuk anak-anak di plosok desa juga terkendala akses pendidikan yang jauh dari kata bagus, seperti internet dan lain-lain.

Salah satu contoh memanusiakan manusia adalah dengan perduli terhadap pendidikan di Indonesia, terutama kepada daerah-daerah yang minimnya kwalitas dan kapasitas untuk belajar. menjadi relawan pendidikan,kenapa tidak? Relawan menjadi tonggak perubahan suatu bangsa. Semakin banyak relawan disuatu negara maka negara tersebut adalah negara yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Relawan pendidikan bisa sangat membantu pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan adanya relawan bisa membangun pendidikan yang lebih memadai terutama di daerah-daerah terbelakang.

Karna manusia makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup sendiri, sudah seharus melek terhadap persoalan-persoalan manusia lagi, karna sejatinya Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni). Konteks "manusia untuk manusia" berpegang pada nilai keadilan, kesetaraan, serta nilai persaudaraan. Hak atas pelayanan, kesejahteraan, berpendapat, dan beraktivitas. Bahkan seorang yang gila sekalipun tidak hilang haknya sebagai manusia. Hidup bersosialisasi ada secara natural karena masing-masing pribadi menghendakinya. Masing-masing pribadi harus menyaadari bahwa kesempurnaan dirinya hanya tercapai melalui kebersamaanya dengan manusia yang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun