Mohon tunggu...
Wulandari
Wulandari Mohon Tunggu... Novelis - suka makan sambil nonton drama korea

fullmoon.long8@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Bedah Buku "Naluri vs Nurani" di Era Jayabaya

30 Oktober 2020   11:10 Diperbarui: 30 Oktober 2020   11:29 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah novel yang tulis oleh Yusuf Wahyu, SE mengambil latar cerita era jayabaya ini memiliki nilai perjuangan. Dalam bedah buku buku (29/10/2020) tersebut juga membahas sebuah titik awal cerita di sebuah padepokan penilih, penulis mengambarkan bahwa kondisi yang dialami dulu dan sekarang seyogyanya tidaklah jauh beda.

Dalam buku ada beberapa kidung berbahasa jawa “eling-elinga ya ngger, pangeran kui ora sare, aja dumeh, anane cakra manggilingan, elinga, zaman kuwi tansah owah gingsir. Ora ana sing langgeng” kalimat tersebut mangandung nilai religi yang mengajak manusia untuk ingat akan tuhan.

Menurut penuturan penulis alasan di pilihnya zaman jayabaya ialah diawali kesukaan beliau terhadap cerita yang bergendre silat, dan diketahui juga jayabaya raya terkemuka yang memiliki keakhlian adalm nujum dan ramal. 

Dalam bedah buku selama salah satu peserta sempat menanyakan hal tersebut kepada penulis terkait kemampuan jayabaya. “dulu jaya baya terkenal akan kemampuan meramalnya yang hingga sekarang masih dipercayai apakah kemampuan tersebut termasuk nurani?” tanyanya. 

Menurut penulis kemampuan tersebut berasal dari perenungan jayabaya, kemudian dia tuliskan. Dari tulisan-tulisan tersebutlah sampai sekarang masih digunakan untuk cocok-cocokan.

Selain dari cerita yang menarik, ilustrator dari cover rupanya juga mengandung makna. Menurut sang editor Alvonsus glori A, S.Pd bahwa cover ialah suatu sajian kata dalam bentuk gambar. 

Menurutnya juga bahwa membuat sebauh cover bisa dilakukan oleh siapapun begitu juga sipenulis, namun hukumnya sunnah. Karena dalam membuat sebuah cover ada 10 ketentuanya salah satunya ialah time line, karakter, dialog, kondisi, pendidikan dll. Untuk bisa menentukan tersebut, editor harus memahami aluran cerita. Maka tak heran bahwa editor harus membaca cerita tersebut.

Dalam bedah buku, ada satu yang juga sempat menjadi hal menarik dibagian cover, dimana bentuk seperti wayang dengan satu bagian gunungannya utuh dengan penuh warna sedangkan bagian sebelahnya hitam putih dan rusak. Menurut editor hal tersebut mengambarkan (nurani) lingkungan yang terjaga sedangan bagian yang (naluri) lingkungan yang terbaikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun