Sebuah novel yang tulis oleh Yusuf Wahyu, SE mengambil latar cerita era jayabaya ini memiliki nilai perjuangan. Dalam bedah buku buku (29/10/2020) tersebut juga membahas sebuah titik awal cerita di sebuah padepokan penilih, penulis mengambarkan bahwa kondisi yang dialami dulu dan sekarang seyogyanya tidaklah jauh beda.
Dalam buku ada beberapa kidung berbahasa jawa “eling-elinga ya ngger, pangeran kui ora sare, aja dumeh, anane cakra manggilingan, elinga, zaman kuwi tansah owah gingsir. Ora ana sing langgeng” kalimat tersebut mangandung nilai religi yang mengajak manusia untuk ingat akan tuhan.
Menurut penuturan penulis alasan di pilihnya zaman jayabaya ialah diawali kesukaan beliau terhadap cerita yang bergendre silat, dan diketahui juga jayabaya raya terkemuka yang memiliki keakhlian adalm nujum dan ramal.
Dalam bedah buku selama salah satu peserta sempat menanyakan hal tersebut kepada penulis terkait kemampuan jayabaya. “dulu jaya baya terkenal akan kemampuan meramalnya yang hingga sekarang masih dipercayai apakah kemampuan tersebut termasuk nurani?” tanyanya.
Menurut penulis kemampuan tersebut berasal dari perenungan jayabaya, kemudian dia tuliskan. Dari tulisan-tulisan tersebutlah sampai sekarang masih digunakan untuk cocok-cocokan.
Selain dari cerita yang menarik, ilustrator dari cover rupanya juga mengandung makna. Menurut sang editor Alvonsus glori A, S.Pd bahwa cover ialah suatu sajian kata dalam bentuk gambar.
Menurutnya juga bahwa membuat sebauh cover bisa dilakukan oleh siapapun begitu juga sipenulis, namun hukumnya sunnah. Karena dalam membuat sebuah cover ada 10 ketentuanya salah satunya ialah time line, karakter, dialog, kondisi, pendidikan dll. Untuk bisa menentukan tersebut, editor harus memahami aluran cerita. Maka tak heran bahwa editor harus membaca cerita tersebut.
Dalam bedah buku, ada satu yang juga sempat menjadi hal menarik dibagian cover, dimana bentuk seperti wayang dengan satu bagian gunungannya utuh dengan penuh warna sedangkan bagian sebelahnya hitam putih dan rusak. Menurut editor hal tersebut mengambarkan (nurani) lingkungan yang terjaga sedangan bagian yang (naluri) lingkungan yang terbaikan.