Mohon tunggu...
WS Thok
WS Thok Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Jawa-Timur, besar di Jawa-Tengah, kuliah di DI Yogyakarta, berkeluarga dan tinggal di Jawa-Barat, pernah bekerja di DKI Jakarta. Tak cuma 'nguplek' di Jawa saja, bersama Kompasiana ingin lebih melihat Dunia.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Seberapa Besar Pahala 'Ahli' Shalat?

28 Juni 2015   17:17 Diperbarui: 28 Juni 2015   17:17 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata 'ahli' artinya orang yang mahir, paham sekali dalam suatu ilmu (kepandaian). Juga bisa mempunyai berbagai makna tergantung kata yang mengikutinya. Beberapa yang dicontohkan ialah: ahli ibadah, orang yang taat menjalankan kewajiban agama (Islam, dsb.); ahli hadis, orang yang berpegang pada hadis; ahli tafsir, orang yang ahli dalam menerangkan maksud ayat-ayat Al Quran. Ahli shalat?

Ahli shalat tak ditemukan dalam KBBI. Ahli shalat bisa saja mempunyai banyak arti seperti contoh-contoh di atas. Karena shalat terdiri dari pengetahuan dan ketrampilan (gerak anggota tubuh), maka 'ahli shalat’ bisa juga diartikan orang yang mahir melakukan shalat.

Para pakar kewira-usahaan dan motivator biasa mengartikan 'ahli' adalah seseorang yang mahir melakukan sesuatu bahkan di luar kesadarannya, artinya hingga alam bawah sadarnya. Dikatakan 'ahli' bisnis, jika naluri atau alam bawah sadarnya ikut mempengaruhi aktivitas bisnisnya. Yang sering dijadikan contoh adalah seseorang yang ahli mengemudikan kendaraan; bagaimana mata yang memandang sekeliling jalan, tangan yang mengendalikan kemudi, kaki yang menginjak persneling, telinga yang mendengar klakson seolah sudah bersatu padu dalam sistem koordinasi dan kontrol naluri atau alam bawah sadarnya. Pengemudi yang ahli (apalagi sambil mengobrol) sering tak merasa melewati tempat-tempat yang dilaluinya. Kadang heran sendiri, sudah sampai tujuan, namun merasa tidak ingat atau tidak melihat tempat2 yang sudah dilaluinya itu.

Saya akui, sering dalam melakukan ibadah shalat, saya ya seperti pengemudi yang ahli itu, tiba-tiba sudah selesai shalat tanpa ingat rekaat-rekaat sebelumnya yang sudah saya lalui. Lebih 'ahli' lagi jika shalat berjamaah, yang sekedar mengikuti sang imam, dan yakin rekaat yang dilalui sudah benar. Namun, jika shalat munfarid (sendiri), bisa ragu terhadap kebenaran jumlah rekaat yang dijalankan.

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa shalat khusyuk sangat dianjurkan, sebagaimana firman Allah SWT: "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya" (QS Al-Mukminun: 1-2).

Pernyataan Khalid ibn Muhammad Al Rasyid, yang dikutip dalam buku "60 Menit Terapi Shalat Bahagia" tulisan Prof.Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag., tingkatan shalat khusyuk dari yang terendah adalah:

1. Membaca Al Quran dan doa dalam shalat dengan memahami maknanya.
2. Membaca Al Quran dan doa dalam shalat dengan memahami maknanya serta jiwanya ikut hanyut karenanya, sehingga ia merasa senang jika membaca ayat-ayat surga dan bersedih ketika membaca ayat-ayat tentang neraka; merasa penuh harap (raja') dan takut (khauf) ketika membaca doa tentang rahmat Allah dan pengampunan dosa.
3. Membaca AlQuran dan doa dalam shalat dengan memahami maknanya, jiwanya ikut hanyut karenanya, serta bisa menyaksikan hakekat makna dengan mata hatinya. Ia teringat akan dosa-dosanya dan sangat takut kepada siksa Allah di neraka yang seolah-olah disaksikan secara langsung selama shalat. Inilah tingkatan tertinggi sebagai prestasi ihsan, yaitu menyembah Allah seakan-akan ia melihat-Nya.

Wah, terus terang untuk mencapai tingkatan yang terendah saja saya masih termehek-mehek, kesulitan, apalagi ketika shalat masih ditambah gerakan-gerakan anggota tubuh atau hal-hal yang kontra kekhusyukan, misalnya: menggaruk-garuk badan, menguap, menoleh kesana-kemari, berdiri dengan bersandar di dinding, rukuk dengan punggung tidak horisontal, tergesa-gesa, mengagumi motif batik baju jamaah di depannya, ngedumel karena bacaan imam yang dirasa panjang, dll.
Ada terbetik pikiran untuk mencari pembenaran, yaitu berharap Allah maklum, bahwa saya bukan orang Arab dan sudah selayaknya tidak mengerti makna bacaan shalat. Yach, namanya mencari pembenaran yang sejatinya memang tidak benar, karena alasannya lemah, saya kan bisa belajar menghapalkan dari terjemahan.
Pembenaran itu makin tidak sesuai jika dihubungkan dengan Firman Allah SWT berikut: "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku" (QS. Thaha: 14).

Inilah ayat Al Quran sebagai salah satu alasan Abu Thaha Muhammad Yunus bin Abdussatar mewajibkan khusyuk dalam shalat, karena tujuan utama shalat adalah mengingat Allah SWT. Allah melarang orang mabuk melakukan shalat, karena sudah jelas tidak bisa diharap mengingat Allah. Analoginya, seseorang tidak ingat Allah dalam shalat ya tak beda sih dengan pemabuk... Wah, betul juga!

Tentang pahala shalat, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Seseorang sungguh menyelesaikan shalatnya dan apa yang ditulis untuknya tidak lain kecuali hanya sepersepuluh shalatnya, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, atau setengahnya dari shalatnya" (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Dari hadis di atas, Prof.Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag. yang dua kali terpilih sebagai dosen teladan nasional (2004 & 2007) itu menyimpulkan tingkatan shalat khusyuk dari yang sangat khusyuk hingga yang tidak khusuk. Yang sangat khusyuk yaitu shalat yang dikerjakan dengan mengingat Allah lebih dari separoh shalatnya. Sedangkan yang tidak khusyuk, yaitu shalat yang tidak mengingat Allah sama sekali, shalat hanya dikerjakan secara lisan dan gerakan tanpa kehadiran hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun