Mohon tunggu...
indonesia barokah
indonesia barokah Mohon Tunggu... -

Ungkapkan curhatan ide-ide yang menggumpal kental di kepala...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pro Aktif Memilih Calon Legislatif

21 Januari 2014   01:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:38 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[WOTT]: Tidak lama lagi, bangsa ini akan melaksanakan hajatan besar demokrasi, yaitu pemilu untuk memilih calon yang bakal duduk di lembaga legislatif dan yudikatif, DPR, DPD dan Presiden. Ajang pemilihan politikus idola yang digelar serempak di seluruh Indonesia ini, bakal dilangsungkan tanggal 9 April 2014 untuk pemilihan legislatif dan untuk presiden, dipilih tanggal 9 Juli 2014, dan diikuti oleh 12 partai politik nasional serta 3 parpol lokal.

Untuk pemilihan pasangan presiden dan wakilnya, kita mungkin nggak asing lagi, karena pasangan itu banyak yang sudah nampang di media massa, baik cetak maupun elektronik. Tapi kalau pemilihan untuk anggota legislatif (DPR dan DPD)?

Bayangkan, ada begitu banyak calon di surat suara, tapi tak tahu siapa mereka, sepak terjangnya, catatan sejarahnya, dan apa yang membuat kita akhirnya menjatuhkan pilihan kepada salah satu dari mereka. Tak heran, kalau kebanyakan dari pemilih hanya asal pilih. Berdasarkan partai politik, urut kancing, bahkan ada yang memilih karena gambar calegnya kelihatan cantik/ganteng, sehingga pantas untuk dipilih. Kalau begitu, caleg yang terpilih pun kemungkinan besar hanya berdasarkan keberuntungan, bukan atas kinerja dan prestasinya. Padahal slogan Komisi Pemilihan Umum (KPU) "Jangan asal pilih dan jangan pilih yang asal".

Dari sisi pemilih, untuk menghindarkan diri dari "asal pilih" memang perlu usaha ekstra, ada tiga langkah agar kita tahu siapa yang bakal dicoblos saat di bilik suara, yaitu dengan cara:

1. Cobalah cari tahu siapa saja caleg yang bakal bertarung di pileg nanti. Nama-nama kandidat calon legislatif yang bakal bertarung di pemilu nanti bisa dilihat di situs KPU. Segera meluncur ke www.kpu.go.id.

2. Setelah masuk ke situs itu, klik DCT DPR Pemilu 2014 untuk kandidat calon anggota DPR dan untuk calon DPD, masuk ke kolom DCT DPD Pemilu 2014. Lalu tinggal klik untuk wilayah pemilihan di mana kita akan memilih nantinya.

3. Nama-nama calon anggota legislatif akan muncul dalam format Pdf. Selesai? Belum. Karena informasi itu tidak berarti apa-apa, cuma tanda gambar partai dan calon anggota legislatif. Selanjutnya, berdasarkan daftar itu, kita bisa browsing data mengenai masing-masing calon di Internet. Kalau beruntung, kita bisa mendapatkan alamat situs atau minimal kita bisa mendapatkan halaman Facebook mereka yang berisi informasi tentang calon bersangkutan, track record-nya, prestasinya, atau dana kampanye yang dikeluarkan dan lain sebagainya (kalau ada). Kalau tidak? Jangan harap ada informasi tambahan soal calon legislatif itu.

Dari informasi yang didapat itulah kita bisa lebih jauh melihat, menganalisa siapa calon yang hendak menjadi pilihan, sehingga kita tidak terjebak pada permainan tebak-tebak buah manggis atau urut kancing semata dalam memilih dan tidak sedang  "membeli kucing dalam karung". Kelengkapan informasi calon legislatif akan sangat menentukan para calon konstituennya untuk memilih, apalagi jika ditambah dengan faktor kepopuleran, dan strategi menjual "diri" yang baik dari caleg bersangkutan.

Agak repot memang. Tetapi itu mungkin cara terbaik agar kita tidak hanya berpatokan pada spanduk-spanduk kampanye tanda gambar yang lebih dianggap sebagai "sampah visual" dan hanya mengganggu pemandangan.

Namun, bagi sebagian pemilih (mungkin sebagian besar), jangankan mau melakukan jelajah informasi, untuk datang ke tempat pemungutan suara saja, ada perasaan enggan. Apalagi banyak anggota legislatif setelah terpilih, perilakunya minus, dan tidak amanah, sehingga membuat kapok para pemilih.

Bagaimanapun Prof. Mahfud MD, dalam sebuah diskusi saat hendak melepas jabatan Ketua Mahkamah Konstitusi pernah berpesan agar kita tidak putus asa, dan mau menggunakan hak pilih kita. Meskipun calon yang ada bukanlah yang terbaik pilihan kita. Pasalnya, ditengarai orang-orang yang golput biasanya dari kalangan yang kritis terhadap pilihannya, sehingga jika tidak menggunakan hak pilihnya, kemungkinan yang terpilih adalah calon yang sama sekali tidak punya integritas.

Dana yang dikeluarkan negara untuk hajatan Pemilu 2014 sebesar Rp16 triliun, merupakan jumlah yang tak sedikit, sehingga jika Pemilu tidak menghasilkan yang terbaik, maka pertanyaannya, apakah pemilu hanyalah sebagai pemborosan uang? Selamat mencoblos.

www.worldoftinotagadine.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun