Mohon tunggu...
padmono anton
padmono anton Mohon Tunggu... -

saya adalah seorang petani desa di cianjur bagian selatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Marilah Kita Menjadi Kaya!

3 Januari 2012   22:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:22 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bosan! Bosan! Bosan menjadi orang miskin! Orang miskin nyaris tidak bisa berbuat apa-apa. Mau ini, mau itu… serba susah. Apa lagi kalau melihat kekayaan yang dinikmati sebagian orang, tercetuk kata tanya dalam hati, mengapa dia bisa begini dan saya tidak?

Kemiskinan yang saya nyatakan di sini adalah kemiskinan ekonomi. Mengapa saya miskin? Bila dipikir, sekurang-kurangnya ada dua hal yang membuat begitu, yakni bisa karena peruntungan kelahiran dan bisa juga karena kepasifan hidup.

Yang dimaksud dengan peruntungan kelahiran adalah berikut ini. Kita tidak bisa memilih tempat kelahiran kita! Lahir di keluarga kaya atau miskin, kita tak bisa menentukannya. Hal itu merupakan peruntungan, atau dalam istilah yang umum, takdir atau nasib. Jadi, mengapa seseorang orang itu miskin, disebabkan karena memang dari lahirnya demikian. Sejak membuka mata di dunia ia sudah langsung melihat dan mengalami kemiskinan. Apakah begitu kejamnya takdir kemiskinan karena peruntungan kelahiran ini?  Sehingga orang pasrah begitu saja? Tidak. Takdir kemiskinan masih bisa berubah tergantung pada situasi dan kreativitas yang bersangkutan.

Hal itu amat berkaitan dengan perihal kedua, yakni kepasifan hidup. Ini bisa mengakibatkan orang menjadi miskin atau tetap miskin. Menjadi miskin apa bila ia beruntung terlahir dalam situasi kaya, namun tak bisa mengembangkannya, sehingga jatuhlah dalam kemiskinan. Tetap miskin atau bahkan semakin miskin karena ia tidak pernah bangkit dari kemiskinannya (barangkali berkubang dalam lingkaran kemiskinan! Bagaimana keluar dari kemiskinan bila susah bergerak?).

Apapun penyebab kemiskinannya, orang hendaknya bangkit darinya pertama-tama oleh usahanya sendiri, dan tentu juga tetap terbuka pada  campur tangan proporsional pihak luar. Hal ini mau menegaskan bahwa situasi kemiskinan bukanlah sesuatu yang baku dan tidak bisa berubah sama sekali. Ini telah terbukti dengan banyaknya orang sukses menjadi kaya dengan latar belakang kemiskinan sebelumnya. Sayang sekali, masih lebih banyak orang yang tetap terbelenggu dalam kemiskinannya!

Belajar dari orang sukses dengan latar belakang kemiskinan tentu amat berguna, dan memotivasi orang untuk tidak pasrah dalam keadaannya, melainkan harus bangkit dari kemskinannya. Tentu saja, orang harus berani mengambil keputusan-keputusan  yang mungkin tidak biasa –tapi baik secara moral—untuk mengubah pola pikir dan pola hidupnya. Dalam kehidupan ada terdapat banyak lapangan usaha untuk menjadi sukses secara ekonomi, misalnya pertanian, perdagangan, peternakan dll. Orang bisa memilih salah satunya. Tentu saja sebuah proses harus dihargai dalam pelakanaan pilihan itu.

Ah, barangkali orang bilang, untuk apa menjadi kaya secara ekonomi (banyak uang dan harta), kalau saya sudah bahagia? Ups, nanti dulu! Harus disadari bahwa ekonomi merupakan hal utama dalam kehidupan. Harus disadari pula bahwa karena kebutuhan ekonomi terjadi banyak penyelewengan hidup. Dan lihatlah, ekonomi (baca:kekayaan) bisa menyetir kebijakan-kebijakan publik (sayangnya, kebijakan publik yang hanya menguntungkan sedikit pihak). Pokoknya dengan kekayaan kita bisa berbuat banyak hal  (dan hendaknya hal yang baik-baik saja). Maka, marilah kita menjadi kaya! Kekayaan bukanlah hal negatif. Tergantung dari bagaimana cara kita mendapatkan dan menggunakannya. Marilah kita mencari kekayaan secara baik dan menggunakannya untuk kebaikan pula! Betapa bahagianya kalau kita bisa menggunakan kekayaan yang kita usahakan, untuk membahagiakan orang lain, terlebih orang yang belum bahagia!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun