Mohon tunggu...
Wonenuka Sampari
Wonenuka Sampari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

One People One Soul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontroversi di Balik Penyerahan Nobel Perdamaian

9 Oktober 2014   22:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:42 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14128422351737430532

[caption id="attachment_328166" align="aligncenter" width="575" caption="Nobel Prize (Sumber : http://www.smithsonianmag.com)"][/caption]

Pemberian penghargaan Nobel untuk tahun 2014 sudah dimulai sejak hari senin 6 Oktober 2014 lalu di Stockholm dan Oslo dan akan berakhir pada 13 Oktober 2014. Pekan pemberian hadiah itu dimulai Senin pukul 11:30 waktu Stockholm (atau 09:30 GMT atau 16:30 WIB) dan dimulai dengan pengumuman pemenang hadiah Nobel dalam bidang fisiologi atau kedokteran. Hari berikutnya akan diumumkan pemenang di bidang fisika. Hal yang paling ditunggu adalah penyerahan Nobel Perdamaian 2014 yang akan dilaksanakan besok, Jumat 10 Oktober 2014. Komite Nobel Norwegia mengatakan bahwa calon untuk kategori ini merupakan yang terbesar sepanjang penghargaan ini diberikan mulai tahun 1910, yaitu 278 calon.

Untuk tahun 2014 ini, diantara 278 calon penerima hadiah nobel ini, beberapa orang disebut-sebut sebagai tokoh yang berpeluang memenangkan Nobel Perdamaian ini diantaranya adalah Edward Snowden, mantan analis intelijen National Security Agency (NSA) yang mengungkap aksi penyadapan global AS. Kemudian ada nama Malala Yousafzai, gadis Pakistan yang menjadi aktivis pendidikan yang ditembak di kepalanya oleh Taliban tahun 2012. Selain itu ada nama Denis Mukwege, seorang dokter asal Kongo, yang telah merawat para perempuan korban kekerasan seksual selama 25 tahun terakhir. Calon terkuat lainnya Paus Fransiskus, karena sangat berjasa terkait pembelaannya yang terang-terangan terhadap orang miskin.

Nobel Peace Prize, the Most Famous and Controversial Prize in the World

Sub judul diatas saya kutip dari judul buku yang ditulis oleh salah satu pengkritik penghargaan Nobel Perdamaian, Jay Nordlinger. Beberapa nama peraih penghargaan Nobel Perdamaian memang dianggap tidak layak untuk mendapatkan penghargaan tersebut dengan berbagai alasan. Komite Nobel Norwegia dianggap salah mengipretasikan wasiat dari Alfred Nobel, yang menyumbangkan kekayaannya untuk hadiah para peraih penghargaan ini. Nobel menyebutkan dalam wasiatnya terkait siapa yang berhak mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian sebagai berikut “one part to the person who shall have done the most or the best work for fraternity between nations, for the abolition or reduction of standing armies and for the holding and promotion of peace congresses”. Dari wasiat Alfred Nobel di atas, maka jelas bahwa yang benar-benar berhak mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian yang jumlahnya sebesar 1,1 juta dollar tersebut bukan hanya seorang pejuang perdamaian saja, tapi para juara dari pejuang-pejuang perdamaian.

Pada perkembangannya banyak sekali kontroversi terkait pemberian penghargaan ini, saya mencoba merangkumnya sebagai berikut :


  • Ada kecenderungan penghargaan nobel digunakan sebagai senjata barat untuk mencampuri urusan internal negara-negara lain yang mandiri dari pengaruh barat. Beberapa tokoh yang terkait dengan hal ini diantaranya adalah Shirine Ebadi (peraih nobel perdamaian 2003) adalah aktivis Hak Azasi Manusia di Iran. Pemberian nobel terhadap perempuan ini dianggap bagian dari politik barat untuk menekan pemerintahan di Iran. Wangari Muta Maathai (peraih nobel perdamaian 2011) adalah aktivis lingkungan dan politik di Kenya. Pemberian nobel terhadapnya tokoh oposisi Kenya dianggap sebagai upaya barat untuk menekan Kenya dan sejumlah pemerintahan di Afrika yang berusaha mendekati Tiongkok. Liu Xiaobo (peraih nobel perdamaian 2010) adalah intelektual dan aktivis HAM di Tiongkok. Di negerinya, Liu dianggap sebagai seorang pembangkang, menerima dana dari CIA. Liu juga dikritik banyak orang karena mendukung kebijakan AS menginvasi Vietnam, Korea, Afghanistan, dan Irak.

  • Ada kecenderungan penghargaan nobel dijadikan sebagai alat politik. Beberapa tokoh terkait hal ini antara lain adalah Barack Obama (peraih Nobel Perdamaian 2009) penghargaan ini diberikan kepada Obama hanya 9 bulan sebelum masa pertama jabatannya selesai. Al Gore (Peraih Nobel Perdamaian 2007) karena kampanyenya terkait Global Warming.Media Reuters mengatakan terkait penghargaan tersebut sebagai “Nobel is sweet revenge for Gore, blow to Bush” karena terkait kekalahan Al Gore dari George W. Bush dalam pemilihan tahun 2000 dan kebijakan Presiden Bush saat itu untuk menyerang Irak. Al Gore sendiri tidak pernah benar-benar menyelamatkan lingkungan hidup bahkan dalam periode bulan Agustus 2006 saja tagihan listri rumah Al Gore mencapai 22,619 kilowatts, atau setara 2 kali lebih banyak rata-rata rumah di AS selama setahun.

  • Ada kecenderungan penghargaan Nobel Perdamaian diberikan atas landasan kedekatan dengan barat. Beberapa kasus yang terkait dengan hal ini antara lain Anwar Sadat (Peraih Nobel Perdamaian 1978) Presiden Mesir yang berperan aktif dalam negosiasi Camp David. Anwar Sadat dianggap berhasil mengubah haluan politik Mesir yang anti-barat menjadi pro-barat. Mohamed ElBaradei (Peraih Nobel Perdamaian 2005), wakil Presiden Mesir, dianggap berperan dalam usaha pencegahan penggunaan nuklir oleh militer. Tetapi ia juga dianggap berperan besar membuka jalan Amerika Serikat untuk menduduki Irak. Mahatma Gandhi, tokoh perdamaian ini tidak pernah mendapatkan Nobel Perdamaian walaupun dinominasikan 5 kali, yaitu tahun 1937, 1938, 1939, 1947 dan 1948. Adapun tidak dapatnya Gandhi kemungkinan besar karena ia dianggap terlalu radikal, mengingat hadiah Nobel tersebut itu dari Barat, sedangkan Gandhi adalah orang India yang berjuang melawan penjajahan Inggris

Selain nama-nama di atas, ada nama lain yang memang dianggap tidak pantas mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian ini, selain itu ada nama-nama lainnya, layaknya Gandhi, berhak mendapatkan penghargaan tersebut tapi tidak pernah diakui.

Benny Wenda, Masuk Dalam Nominasi Nobel Perdamaian

Tokoh OPM faksi politik di luar negeri, Benny Wenda, berhasil menyisipkan namanya diantara 278 calon peraih Nobel Perdamaian tahun ini. Seperti halnya calon lainnya, pencalonan Benny Wenda inipun karena didukung oleh sponsor yang mengajukan namanya yaitu Moana Carcasses Kalosil (Mantan PM Vanuatu), Ralph Regenvanu (Anggota parlemen Vanuatu), Catherine Delahunty (Anggota parlemen New Zealand) dan Uskup Oxford, Reverend John Pritchard. Bila melihat dari wasiat Albert Nobel, terkait kriteria pemenang Nobel Perdamaian, Benny Wenda tidak akan pernah punya kesempatan. Atau bila dibandingkan dengan Dennis Mukwage seorang dokter yang menghabiskan 25 tahun hidupnya untuk merawat wanita korban kekerasan seksual, kesempatan Benny Wenda pun sangat kecil. Tetapi bila melihat kasus Mahatma Gandhi, Benny Wenda bisa berusaha keras dengan mendekatkan diri dengan negara-negara barat bila ia benar-benar ingin mendapatkan 1,1 Juta dollar, sebagai hadiah dari Nobel Perdamaian.

Tetapi menurut hemat penulis, pengajuan Benny Wenda sebagai calon peraih Nobel Perdamaian oleh para sponsornya itu masih sangat terlalu dini. Belum ada hasil yang benar-benar bisa dibandingkan dengan calon-calon lainnya, atau peraih Nobel Perdamaian sebelumnya. Tapi mungkin ada niat lain di balik pencalonan itu, entah hanya Benny Wenda dan para sponsornya yang tahu

Sumber :

http://www.nobelprize.org/

http://in.reuters.com/article/2007/10/12/idINIndia-29971520071012

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun