Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Sedih Anak yang Hidup Tanpa Privilese

16 Maret 2023   22:38 Diperbarui: 16 Maret 2023   22:56 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswi SMP penjual kue (Sumber: tribunnews.com)

Sebut saja namanya Sipa. Seorang gadis kecil siswi kelas 7 di salah satu SLTP di sebuah kota di Jawa Barat. Tiap hari ia membawa dan menjual satu box makanan kepada teman-teman sekelasnya dan teman-teman lainnya satu sekolah.

Makanan yang ia jual ada dua jenis: manis dan asin. Makanan yang manis berupa donat ukuran kecil. Sedangkan makanan yang asin berupa risoles, juga berukuran kecil. Sipa "membanderol" makanannya itu Rp. 1.000 per buah.  

Apakah Sipa suka dengan apa yang dilakukannya tiap hari itu? Saya yakin sebelum melakukan hal itu Sipa harus berjuang keras untuk mengenyahkan rasa malu atau rasa minder yang ada dalam dirinya.

Sipa pasti ingin seperti anak-anak lain, teman sekelas atau teman sekolahnya yang pergi ke sekolah murni untuk mencari ilmu, tidak sambil jualan. Sipa pasti cukup berat melakukan hal itu.

Lantas mengapa Sipa mau berjualan sambil sekolah? Kalau tidak ada hal yang memaksa tentu ia tidak akan mau melakukannya. Sipa dan keluarganya pasti butuh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.   

Apakah mungkin Sipa berjualan makanan di sekolah itu karena orang tuanya ingin menumbuhkan dan melatih jiwa wirausaha Sipa? Ya, mungkin saja. Tapi kemungkinan itu sangat kecil.

Orang tua Sipa pasti ingin membahagiakan anaknya. Orang tua Sipa juga pasti tidak ingin anaknya menanggung beban hidup yang cukup berat dengan berjualan makanan di sekolah.

Padahal apa yang Sipa lakukan bukan tanpa risiko. Mungkin tidak semua teman satu sekolahnya itu memperlakukan dengan baik. Mungkin juga ada diantara temannya yang malah mem-bully, menghina, mencmooh, atau memperlakukan dengan tidak baik.

Apalagi anak-anak yang memiliki privilese. Baik anak orang kaya, anak pejabat, anak orang terhormat, dan sebagainya. Anak-anak yang memiliki privilese biasanya cenderung arogan, angkuh, kasar, suka mem-bully, dan sebagainya.

Sipa adalah sebuah potret buram dari kehidupan sebagian anak yang kurang beruntung dan tanpa privilese. Di luar sana masih ada puluhan, ratusan, ribuan, atau mungkin puluhan ribu Sipa lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun