Mulai awal tahun baru 2022 ini, pemerintah secara resmi menetapkan kenaikan cukai rokok rata-rata 12 persen. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual (13/12/2021) seperti dilansir kemenkeu.go.id. Naiknya cukai rokok otomatis membuat harga rokok juga naik.
Sri Mulyani menyebut bahwa salah satu tujuan kenaikan harga rokok adalah untuk mengendalikan tingkat konsumsi rokok di masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja. Hal itu juga agar harga rokok semakin tidak terjangkau oleh orang miskin.
Sebab menurut Sri Mulyani, rokok menjadi pengeluaran terbesar kedua orang miskin di perkotaan dan pedesaan setelah beras, yang mencapai lebih dari 11 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari pengeluaran orang miskin untuk protein seperti daging, telur, atau ikan.
Apakah dengan dimahalkannya harga rokok akan serta merta jumlah perokok, terutama di  kalangan orang miskin akan turun atau berkurang? Sepertinya tidak. Sebab semahal apa pun harga rokok jika sudah suka atau dianggap kebutuhan, pasti orang akan terus berusaha mendapatkannya.
Saya sering mendengar perkataan banyak perokok di lingkungan sekitar, yang mengatakan bahwa ketika pagi hari lebih baik tidak sarapan daripada tidak merokok. Badan akan terasa lemah dan lesu jika di pagi hari tidak merokok, tapi badan biasa-biasa saja ketika tidak sarapan. Begitu kata mereka.
Hal tersebut menggambarkan bahwa betapa rokok begitu "pentingnya" bagi para perokok. Bahkan bagi para perokok, makan pagi pun bisa menjadi urutan nomor dua setelah rokok.
Bagi orang yang tidak merokok atau tidak suka merokok, hal di atas mungkin agak mengherankan bahkan terkesan seperti konyol dan berlebihan. Tapi tidak demikian halnya dengan para perokok.
Bagi orang yang sudah cinta mati kepada rokok bahkan mungkin tak apa mati demi cinta rokok. Ini bukan omong kosong. Ini pengalaman teman saya sendiri, seorang perokok berat.
Sang teman memiliki penyakit jantung. Dokter menyarankannya untuk berhenti merokok. Dokter memberi opsi, "Kalau ingin sehat berhentilah merokok. Tapi kalau ingin cepat mati teruslah merokok!". Dan teman saya karena cinta mati kepada rokok, memilih opsi kedua.
Rokok memang bukan malaikat maut, tapi bisa menjadi penyebab datangnya malaikat maut. Sang teman yang lebih memilih opsi kedua dari dokter pun akhirnya dijemput malaikat maut.