Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mau Dibawa ke Mana Ketika Sekolah Dibenturkan dengan Permasalahan Hukum

29 Juni 2022   15:48 Diperbarui: 29 Juni 2022   16:05 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sini kami berdiri
Kibarkan tekad ini
Agar engkau dapat pahami
Betapa besar cinta kami
Walau caci dan maki
Menghantam dan membasahi

Itulah cuplikan dari dari Ost Smantaru.."Smantaruku" yang diciptakan oleh Bintang alumni yang kebanggaan sangat besar terhadap almamaternya.

Syair demi syair seolah menyuarakan kenyataan yang kita hadapi dalam dunia pendidikan kita.
Awal tujuan tulus seorang pendidik untuk terjun ke dunia pendidikan dalam wadah sebuah sekolah, akan mempunyai harapan besar, punya visi dan misi bukan ditujukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk anak-anak bangsa yang dari tahun ke tahun mengalami degradasi moral. 

Dia mendapatkan tekanan dan tuntutan menjadikan anak-anak bangsa seperti harapan besar para orang tua, mendapatkan nilai baik dan berprestasi serta dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi dengan catatan hasil yang besar dan tinggi kalau bisa dengan biaya yang seminal mungkin.

Tapi ada satu hal yang dilupakan oleh orang tua, jarang mereka yang mengatakan titip anak mereka atau kalau nakal boleh dijewer atau dimarahi. 

Guru seolah menjadi peran utama yang harus sukses untuk menjadikan anak bisa tumbuh dan berproses. Peran berat ini seolah menjadi hal yang biasa diterima dengan lapang dada tanpa orang tua memandang bagaimana kondisi, kesejahteraan dan masalah yang dihadapi seorang guru.

Guru terkungkung dengan banyak peraturan dan undang-undang,  guru yang biasanya bisa bernapas lega ketika bisa menghantarkan siswa-siswanya untuk ke tingkat lebih tinggi, mengistirahatkan beban pikiran dan emosi selama satu semester, kini tidak dapat nenikmati. 

Dilain sisi, beberapa orang tua tanpa mengucapkan terima kasih, dengan sombongnya koar-koar nilai anaknya rata-rata diatas 8 tanpa melihat bagaimana proses dan perjuangan guru untuk memberikan nilai tersebut.

Kalau itu dikatakan kewajiban, saya katakan iya tapi apa pernah orang tua memberikan hak ke guru ketika anak-anak mereka berlaku tidak sopan, kasar dan tidak taat pada tata tertib di sekolah. Untuk berbicara atau sekedar menegur pun kita harus hati-hati dan berpikir seribu kali. Ada beban besar di setiap dada dan pundak guru, atas tindakan atau perilaku mereka seolah berjalan ditepian jurang atau berjalan diatas hamparan belati, yang ujung-ujungnya akan dibawa ke ranah hukum.

Beberapa kasus yang menimpa dunia pendidikan dalam ranah hukum membuat saya tertunduk, entah kepada siapa mereka harus berlindung dan siapa yang berani berdiri disisi para guru ketika mereka menghadapi permasalahan seperti ini. 

Apakah orang tua, siswa atau alumni yang sukses dan berhasil yang berada di garda terdepan. Guru tetaplah pahlawan tanpa tanda jasa tidak pernah hitung-hitungan berapa banyak orang sukses yang dilahirkan dari pikiran dan tenaga mereka. Tidak pernah berteriak-teriak atas kesalahan yang ditimpahkan ke mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun