Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ormas Seharusnya Jadi Teladan

8 Januari 2021   06:35 Diperbarui: 8 Januari 2021   07:06 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pemuda yang hidup pada era awal 2000 an mungkin mengenal dengan baik ormas Front Pembela Islam (FPI) yang bergerak sangat aktif pada setiap bulan puasa, meski mereka bukan anggota dari ormas tersebut. Pada setiap bulan puasa mereka turun ke jalan dan merusak peralatan sampai bangunan restoran atau caf yang buka pada siang hari. Bahkan hiburan malam seperti karaoke juga tak lepas dari tindakan mereka.

Tak hanya restoran besar namun juga warung-warung yang buka pada siang hari. Mereka tanpa ampun merusak peralatan warung yang seadanya itu. Tak jarang para pemilik warung menghiba pada para anggota ormas yang sering memakai jubah putih dan sorban dalam menindak warung-warung 'nakal' itu. Padahal warung-warung itu sering menjadi jawaban bagi masyarakat muslim yang kebetulan tidak puasa atau non muslim yang butuh makan seharihari.

Aksi turun ke jalan ini kemudian oleh media dijuluki sebagai aksi sweeping ormas FPI. Mereka beralasan bahwa pada bulan puasa , semua orang harus menghormati bulan itu sehingga praktek-praktek yang dianggap bertentangan dengan situasi bulan puasa harus ditindak tegas. Sehingga pada masa itu, tidak dipungkiri bahwa setiap bulan puasa menimbulkan kekhawatirandan trauma  yang lumayan mendalam bagi orang-orang yang punya bisnis makanan. Mereka selalu dibayangi rasa takut untuk membuka bisnis kulinernya pada siang hari meski banyak orang yang membutuhkan jasa mereka.

Fenomena ini berlangsung selama beberapa tahun di beberapa kota dimana ormas ini kuat bercokol seperti Jakarta dan beberapa kota lainnya. Namun melandai seiring dengan arus kuat opini bahwa tindakan mereka itu tidak bisa dibenarkan secara hukum. Apalagi saat melakukan aksi, mereka memakai symbol-simbol agama yang membuat citra agama itu tercoreng. Di sisi lain, tidak bisa dielakkan adalah bahwa beberapa resto dan warung itu memang dibutuhkan terutama bagi kaum muslim yang secara akidah agama memang dimungkinkan untuk tidak berpuasa.

Namun redanya aksi mereka ternyata bertranstransformasi dalam bentuk lainnya yaitu kekerasan yang dilatarbelakangi politik. Ya mereka terjebak pada situasi dimana agama dijadikan alat bagi politik. Sehingga saat pemilihan umum terjadi, mereka dengan terang-terangan membela satu pihak dan mencaci maki pihak lainnya. Baik di ranah nyata (dengan kekerasan fisik) maupun di ranah naratif (di sosial media dan sebagainya).

Beberapa dari kita mungkin bisa melihat saat pengumuman resmi KPU soal hasil Pilpres diumumkan, ormas itu menjadi terdepan bagi demonstrasi yang melumpuhkan sebagian Jakarta. Demo itu diikuti oleh beberapa kota lainnya meski tidak separah ibukota.

Begitu juga dengan kepulangan pemimpin mereka dari Arab yang juga menimbulkan kontroversi dan kekerasan yang tidak layak ditiru. Dengan membabi buta mereka melawan berbagai aturan dan mengganggap diri mereka yang benar.

Tentu saja, hal-hal dan peristiwa ini sangat tidak elok bagi ormas yang seringkali membawa symbol agama dalam sebagian besar aksinya. Wajah agama menjadi ternoda karena aksi-aksi mereka. Padahal sebagai ormas seharusnya punya beban moral dan sosial untuk mempersatukan umat dan masyarakat Indonesia. Mereka juga punya tanggungjawab moral untuk membawa perdamaian dan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Mereka seharusnya terdepan dan memberi teladan dalam kaum mereka dan masyarakat luas. Dengan begitu, agama Islam akan sebagai harum dan cemerlang namanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun