Mohon tunggu...
Ardian Wiwaha
Ardian Wiwaha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Ahok Lebih Penting dari Rohingya

25 November 2016   11:25 Diperbarui: 25 November 2016   11:51 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gema kesedihan dan tangis kembali berkumandang tatkala kubuka akun media sosialku. Buka karena cerita lucu, bukan juga cerita dagelan yang mungkin bisa menggelitik hingga membuatku terpingkal-pingkal.

Kali ini setelah sekian lama permasalahan ini tenggelam oleh waktu, aku kembali dibuat terdiam, betapa menyedihkannya hidup saudara seagamaku di Arakan, Myanmar. Mungkin tidak semua orang tahu, atau mungkin terlanjur menutup mata. Ketika darah dan nyawa lebih dikesampingkan ketimbang permasalahan politik yang dibuat-buat.

Arakan, sebuah provinsi di negara Myanmar merupakan salah satu provinsi yang saat ini penuh bersimba darah. Ketika salah satu suku/etnis yang bernama Rohingya menjadi korban pembantaian yang tiada henti-hentinya.

Sejarah Konflik Rohingya (1)

Banyak versi yang melatarbelakangi tentang penyebab meledaknya konflik Rohingya. Menurut laporan The New Light of Myanmarsalah satu koran lokal Myanmar yang terbit pada 4 Juni 2012, konflik Rohingya lahir tatkala kasus pembunuhan yang terjadi terhadap salah seroang gadis Budha yang bernama Ma Thida Htwe. Sama seperti konflik agama yang dahulu pernah terjadi di Poso, konflik yang semula bersifat individu tapi lambat laun berubah menjadi konflik komunal.

Konon, konflik rohingya bermula saat Ma Thida Htwe hendak pulang kerumah setelah bekerja di sebuah tempat jahit. Namun, ditengah jalan Ma Thida diduga mengalami perampokan oleh orang tak dikenal.

Tidak berhenti sampai disana, melihat perawakan Ma Thida yang cantik, para perampok yang "katanya" berjumlah tiga orang ini secara bergantian memperkosa lalu membunuh korban di hutan Bakau didekat jalan tanggul Kyaukhtayan yang merupakan kampung penduduk muslim.

Berselang beberapa waktu setelah polisi melakukan penyelidikan, ditetapkan beberapa tersangka yang bernama Htet Htet, Rawphi, dan Khoci yang ketiganya diduga merupakan penduduk Bengli (salah satu suku) yang beragama Islam.

Penduduk setempat (Kyauknimaw) memanas saat informasi dan foto hasil penyelidikan forensik terkait permasalahan ini menyebar luas dikalangan penduduk setempat. Sehingga membuat warga yang beragama Budha marah dan membentuk sebuah kelompok yang bernama Wunthanu Rakkhita Association yang konon menjadi provokator awal konflik Rohingya.

Tanpa basa basi, rasa tidak terima masyarakat Budha setempat membalas dendam perbuatan tersebut dengan menghadang dan membantai sebuah bus berisikan warga muslim yang melintas dari Thandwe ke Yangon.

Mereka menurunkan para penumpang, layaknya seorang pemberontak, dan dengan dalih Rohingya selaku suku minoritas, tanpa toleransi sepuluh orang beragama Islam akhirnya dibunuh ditempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun