Mohon tunggu...
Ardian Wiwaha
Ardian Wiwaha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bom Samarinda dan Aksi 4 November

14 November 2016   08:06 Diperbarui: 14 November 2016   09:33 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Oikumene Pasca Pengeboman | suaralidik.com

Bom yang baru saja terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur (13/11) kemarin, merupakan salah satu bukti dari eksistensi kelompok Islam Garis Keras yang berupaya mengkonstruksi permasalahan SARA baru dengan melakukan provokasi antar umat beragama di Indonesia.

Hal ini terjadi tatkala ekshlasi konflik SARA di Indonesia pasca 4 November sedang berada dipuncak tertinggi. Sehingga beberapa kelompok ormas kepentingan berupaya memanfaat kasus penistaan agama oleh Ahok sebagai dalih menebar kebencian.

Sekitar pukul 10.10 WITA, tepat di depan Gereja Oikumene, pelaku yang merupakan seseorang mantan tahanan teroris beranama Juhanda, tanpa berpikir panjang melemparkan sebuah bom molotov berskala ledakan kecil tepat diparkiran gereja. Naifnya beberapa anak kecil tak bersalah menjadi korban dan harus di rawat intensif di Rumah Sakit Umum di Samarinda.

Pelaku Teror Samarinda

Pelaku Teror Samarinda diduga bernama Joh alias Jo bin Muhammad Aceng Kurnia alias Juhanda. Pria rambut panjang yang diperkirakan berusia 32 tahun ini bekerja sebagai Marbot Masjid Mujahidin di Jalan Cipto Mangunkusumo, Loajanan Ilir, Samarinda. Juhanda yang kesehariannya akrab disapa warga, ternyata merupakan salah satu mantan narapidana terkait tindak terorisme bom buku di Tanggerang Selatan pada pertengahan tahun 2011 silam, dan sempat menjalani masa hukuman penjara selama kurang lebih 3.5 tahun.

Motif dan Tujuan dari Tindakan Teror

Berdasarkan informasi yang diperoleh, saat ini Juhanda adalah salah satu anggota dari kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi secara langsung dengan kelompok terorisme dunia, yakni Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Diduga motif yang melatarbelakangi kasus ini adalah strategi ISIS dalam mengembangkan hagemoninya dengan menciptakan ketakutan diinternal masyarakat. Dengan melihat celah dan peluang, dimana warga Indonesia kali ini sedang sibuk membicarakan permasalahan dugaan penistaan agama oleh Ahok yang rentan akan isu SARA, maka dengan sigap kelompok pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi ini langsung menyusun strategi guna memicu konflik komunal yang rentan akan sarat agama.

Hal ini secara gamblang dapat di amati melalui motif perencanaan pengeboman, dimana Samarinda merupakan salah satu provinsi yang didominasi oleh warga Dayak Nasrani dan gereja sebagai tempat warga nasrani beribadah.

Tidak seperti bom-bom sebelumnya yang cenderung memilih objek vital seperti hotel atau hal layak keramaian atau bahkan rela melakukan bo bunuh diri sekalipun. Namun kali ini jelas bahwa pemilihan target dan ciri khas bom yang hanya berbentuk molotov, merupakan motif terselubung guna memperhangat konflik SARA penistaan agama.

Jangan Takut, Jangan Terprovokasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun