Mohon tunggu...
I Putu Hendra Wirawan
I Putu Hendra Wirawan Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah di SD N 1 Melinggih Kelod yang juga merupakan Co-Kapten Belajar id

Lahir di Selumbung, sebuah desa tua di Karangasem Bali. Memulai karirnya sebagai guru di daerah terpencil di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2012, namun kini ia aktif menjadi Kepala Sekolah di SDN 1 Melinggih Kelod salah satu Sekolah Dasar di Payangan, Gianyar. Ia baru saja menyelesaikan Study Magisternya di Universitas Pendidikan Ganesha pada Program Pendidikan Dasar. Selain mengajar ia rutin membuat Buku Cerita Anak dengan menggandeng penggiat sastra dan ilustrator lokal. Hobinya saat ini adalah lari dan melakukan Yoga di sela-sela kesibukannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

EGRA: Asesmen untuk Mengetahui Kemampuan Literasi Siswa di Kelas Awal

18 Januari 2023   19:28 Diperbarui: 18 Januari 2023   19:34 13014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Telah kita ketahui kemampuan literasi penting dimiliki sejak usia dini karena dengan literasi yang baik anak-anak dapat lebih banyak menyerap informasi tertulis, mengembangkan kosakata dan meningkatkan pemahaman. Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan literasi apabila ia sudah dapat memahami dan melakukan sesuatu atas dasar pemahaman bacaannya. Hal inilah yang menjadi faktor dari proses berpikir seseorang setelah melakukan kegiatan literasi.

Keterampilan abad ke-21 menuntut para pendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, salah satunya dalam bidang literasi. Kemampuan literasi siswa sangat erat kaitannya dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi. Sebagai bentuk inovasi pembelajaran tentulah hal ini tak dapat dipisahkan dari penilaian dimana penilaian di awal sangat penting untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan anak lalu mencari cara untuk keluar dari permasalahan yang sedang dimiliki anak. Hal yang dapat dilakukan untuk menangani kemampuan literasi yang rendah ini dapat dicoba dengan melakukan EGRA. EGRA yang merupakan kepanjangan dari Early Grade Reading Assesment, merinci setiap penilaian berdasarkan tingkatan-tingkatan penguasaan membaca. Dengan cara ini, EGRA dapat mengidentifikasi keterampilan pra-membaca dan membaca yang diperoleh masing-masing anak dan apa yang harus dikembangkan, terlepas dari apakah anak dapat membaca atau tidak. Asesmen ini berupa tes yang diberikan secara lisan yang memakan waktu sekitar 15 menit untuk menilai kemajuan anak dalam belajar membaca.

EGRA dapat digunakan untuk memperoleh gambaran singkat membaca untuk dengan cepat mengukur kemampuan membaca sekelompok siswa dan menandai kekuatan dan kelemahan utamanya. EGRA dapat dimanfaatkan sebagai diagnosa literasi siswa dan dapat digunakan sebagai proses merancang pembelajaran yang efektif terhadap kelemahan membaca yang ditemukan.

Asesmen EGRA dapat diawali dengan perbincangan hangat kepada siswa agar siswa tidak terbawa suasana menegangkan ketika melakukan asesmen. Ingatkan kepada siswa bahwa pertanyaan yang disampaikan bukanlah penilaian harian yang dapat mempengaruhi nilai laporan semester mereka. Pertanyaan awalan dapat berupa bahasan tentang apa hal menarik yang mereka lakukan kemarin, tentang hobi atau tontonan favorit mereka. 

Dalam EGRA ada empat tugas yang perlu anak-anak selesaikan. Tidak perlu menuntut jawaban harus benar. Apabila siswa memang belum mengetahui jawabannya, maka bisa dilewati dan dilanjutkan dengan pertanyaan berikutnya.

Diawali dengan tugas pertama, siswa diintruksikan membaca huruf-huruf. Huruf-huruf yang disediakan terdiri atas huruf besar dan kecil yang ditanyakan secara acak. Setelah 30 huruf yang menjadi pertanyaan kepada siswa selanjutnya berikan mereka sepuluh suku kata. Jika siswa diam selama 5 detik, minta siswa untuk membaca suku kata selanjutnya tanpa memberikan jawaban yang benar. Jika siswa salah membaca 5 suku kata pada baris pertama, maka kegiatan asesmen dihentikan atau tidak perlu dilanjutkan.

Tugas ketiga siswa disiapkan 10 kata. Sama seperti proses sebelumnya, apabila siswa gagal membaca 5 kata di awal maka asesmen tidak perlu dilanjutkan. Kemudian pada tugas terakhir siswa menyimak bacaan dengan disiapkan pertanyaan-pertanyaan terkait bacaan.

Guru dalam hal ini perlu menyediakan lembar-lembar asesmen untuk memudahkan penilaian. Amati siswa selama asesmen, berikan catatan jika ada kekhususan pada anak seperti: gagap, cadel dan lain-lain, siswa gelisah, siswa meminta guru untuk mengulang petunjuk secara terus-menerus, dan fokus yang dimiliki.

Data yang terkumpul dari hasil asesmen ini dapat dijadikan sebagai tolok ukur pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menerapkan bantuan serta metode yang cocok digunakan di kelas awal. Metode pembelajaran literasi di kelas awal dapat dilakukan dengan membaca bersama ataupun membaca terbimbing yang dapat dilakukan guru bersama siswa secara berkelanjutan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Jangan lupa untuk memaksimalkan media agar mengundang antusiasme siswa untuk belajar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun