Mohon tunggu...
Wistari Gusti Ayu
Wistari Gusti Ayu Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru

Guru adalah profesi yang mulia, saya bangga menjadi guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gaya Unik Pernikahan Para "PESTOL" di Bali

6 September 2019   14:33 Diperbarui: 6 September 2019   15:12 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Akun IG kabar_badung

Pestol adalah sebutan untuk lelaki yang sudah cukup umur namun belum juga memiliki pasangan.  Di Bali, sebelum seorang lelaki memiliki pasangan ia akan terikat dengan organisasi pemuda di banjar adat yaitu  Sekaa Teruna Teruni (STT). 

Setelah ia menikah secara resmi organisasi pemuda ini akan melepasnya bermasyarakat dan dia akan masuk menjadi  Kepala Keluarga yang akan masuk anggota dari banjar adat.

Biasanya yang menjadi masuk anggota STT dihitung sejak seseorang memasuki usia 15 tahun atau sekitar kelas VIII SMP/ kelas X SMA. Tentu saja hal ini biasanya akan membuat minder para Pestol yang masih menjadi anggota STT karena umurnya terpaut jauh dengan anggota yang baru.

Tak heran, ketika acara STT berlangsung, pasti pestol ini akan ditanya tentang kapan menikah. Dan banyak pula anggota STT lainnya yang akan "mesesangi". Mesesangi artinya membuat kaul, seandainya si pemuda menikah, pemuda lainnya biasanya mesesangi menyumbang dekorasi, beras, makanan, atau tenaga, dan yang lainnya, yang mereka mampu.

Walaupun sebenarnya urusan menikah tidak bisa dipatok dengan umur, bahkan ada orang-orang yang nyaman hidup melajang.

Namun di Bali sendiri, jika seseorang masih saja memilih melajang, maka dia dikatakan belum melaksanakan kewajibannya terhadap keluarganya, karena di Bali menganut sistem patrilineal. Ia diharapkan memberi keturunan yang nantinya selain sebagai penerus keluarga, juga menggantikan peran orang tuanya "ngayah" di banjar adat. Ngayah adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh warga dengan rasa tulus iklas bila ada acara tertentu di Banjar, seperti gotong -royong, mempersiapkan upacara di Pura dan lain-lain.

Pilihan untuk melajang sebenarnya adalah hak masing-masing individu, bahkan dalam kitab suci Veda juga jelas telah disebutkan mengenai pilihan "sukla brahmacari" yang artinya seseorang yang tidak menikah sama sekali.

Namun karena adat inilah, mungkin saja mendorong banyak lelaki yang bertanggung jawab kepada keluarga dengan segera menemukan tambatan hidupnya.

Ketika para Pestol menemukan tambatan hati, di Bali terjadi fenomena unik dan bisa dibilang lucu, dimana pemuda-pemuda ini akan memasang Baliho dengan gambar dirinya, persis seperti gambar calon anggota DPR.

Baliho tersebut berisi tentang himbauan dalam bahasa Bali yang diterjemahkan ke Bahas a Indonesia yang artinya jangan tanyakan lagi kapan saya menikah, karena sekarang saya menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun