Mohon tunggu...
Wisri Atuti
Wisri Atuti Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA di SMP Negeri 120 Jakarta, Suka menulis dan senang mempelajari hal - hal yang baru untuk menambah wawasan dan diagikan kepada peserta didik /teman sejawat

Wisri Atuti, lahir di Jakarta 53 tahun lalu. Mengajar di SMP Negeri 120 Jakarta Utara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Golak dan Geblek: Makanan Khas Kampungku

27 November 2022   13:36 Diperbarui: 27 November 2022   13:41 1663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Golak merupakan makanan khas Kebumen. Terbuat dari singkong yang diparut, dikukus  dan dibentuk angka delapan. Berwarna putih, dijual dalam keadaan mentah ataupun matang (digoreng). Golak merupakan makanan kesukaan Almarhum Ayah saya. Setiap pulang kampung, ayah pasti membeli golak. Sambil makan, Ayah akan bercerita tentang masa kecilnya.

Menurut Ayah, paling senang jika ada orang pesta dan menanggap wayang. Pada saat itu, Ayahnya (Almarhum Kakek saya) akan memberikan uang jajan bekal menonton wayang. Jajanan yang diincar Ayah adalah golak, walau hanya dapat 5 biji. Selain golak Ayah akan membeli segelas dawet. Golak dan dawet menjadi jajanan yang mewah bagi Ayah.

Beberapa kali pulang kampung bersama Ayah, kami mencari penjual golak dan membelinya. Selain untuk dimakan, kami membeli lebih untuk dibawa pulang ke Jakarta. Karena cukup banyak, sampai di Jakarta sebagian di masak dan diberikan kepada tetangga kanan kiri sebagai oleh-oleh. Sebagian lagi disimpan di kulkas. Sewaktu-waktu bisa digoreng untuk cemilan.

Jika golak sudah di kulkas dalam waktu tertentu, biasanya teksturnya menjadi keras. Maka perlu perlakuan khusus sebelum digoreng agar teksturnya kembali lunak dan rasanya tetap enak. Caranya yaitu: rendam golak dengan air panas, tidak usah terlalu lama, kemudian tiriskan sampai benar-benar tiris. Setelah itu digoreng dengan api sedang dan minyak yang cukup, sambil dibolak-balik agar matang merata. Golak siap dinikmati.

Makanan lainnya adalah Geblek (membacanya seperti kata "melek"). Saya selalu ingin tertawa jika menyebut nama ini. Kalau mengejanya salah, konotasinya akan berbeda. Saya menemukan  geblek di kampung Almarhumah Ibu, Gombong. Menurut cerita Ibu, jika Ibunya ( Almarhumah Mbah saya) pulang dari pasar, jajanan yang dibeli adalah geblek. Ibu akan menerima jajanan tersebut dengan senang. 

Begitulah, cerita makanan tradisional yang masih tetap ada sampai hari ini. Semoga terus lestari dan tetap ada yang menggemari. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun