Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Debat Bahasa Inggris/Arab Pilpres Bertentangan dengan UU

23 September 2018   01:12 Diperbarui: 23 September 2018   01:56 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fhoto/Beground/Merdeka.com

Tahapan Pelaksanaan Pemilihan  Presiden (Pilpres) dan Wakil Presiden tahun 2019, telah memasuki fase pencabutan nomor urut  dari dua pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Joko Widodo (Jokowi) calon petahana yang berpasangan dengan KH.Ma'rub Amin, serta Letjend Prn Prabowo Subianto -- Sandiaga Solahuddin Uno .

Dalam acara pencabutan nomor urut pasangan Capres dan Cawapres tersebut , dilaksanakan dikantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) puasat Jumat 21 September 2018. Jokowi dengan pasangannya Ma'rub Amin mendapatkan nomor urut satu, sementara pasangan Prabowo Subianto -- Sandiaga Solahuddin Uno mendapatkan nomor urut dua.

Berikutnya memasuki tahapan debat Capres dan Cawapres, dan kemudian berlanjut kepada tahapan kampanye bagi dua pasangan Capres dan Cawapres. Tahapan debat dan kampanye Capres dan Cawapres ini akan berlanjut sampai menjelang tahapan dilakukannya Pilpres dan Wapres 2019.

 

Dalam pelaksanaan debat Capres dan Cawapres, tim koalisi dari pasangan Capres Cawapres Prabowo Subianto -- Sandiaga Solahuddin Uno, mengusulkan agar dalam pelaksanaan debat menggunakan bahasa Inggris.

Pihak koalisi Prabowo mengatakan dengan menggunakan bahasa Inggris, guna untuk mengukur kemampuan seorang calon Presiden dalam pengunaan bahasa Inggris. Karena seorang Presiden haruslah mahir untuk menggunakan bahasa Inggris, dalam setiap pertemuan yang sipatnya internasional. Karena bahasa Inggris banyak digunakan oleh para pemimpin dunia.

Usulan untuk menggunakan bahasa Ingris dalam pelaksanaan debat Capres dan Cawapres, kemudian dibalas pula oleh kelompok Jokowi -- Ma'rub Amin. Kelompok Jokowi -- Ma'rub Amin mengusulkan pula debat Capres dan Cawapres agar menggunakan bahasa Arab. Karena Bahasa Arab juga merupakan bahasa internasional, yang banyak digunakan oleh para pemimpin dunia, disamping mayoritas rakyat Indonesia beragama Islam.

Persoalan debat Capres dan Cawapres dengan menggunakan bahasa Inggris dan Bahasa Arab ini, kemudian menuai pro dan kontra. Dunia mayapun disibukkan dengan berselancarnya tanggapan tanggapan pro dan kontra yang dilancarkan oleh para nitizen penghuni dunia maya.

Yang ironisnya para nitizen yang berselancar didunia maya, baik melalui acun Twitter, Istragram dan Facebook, adalah elit elit partai lulusan akademisi yang paham betul tentang Undang Undang (UU) dan hukum. Akan tetapi diragukan rasa nasionalisnya terhadap Negara Indonesia.

Mereka lebih mengagungkan bahasa Negara lain dari pada bahasa ibu pertiwi dimana tempat mereka berdiri untuk mencari kehidupan. Tidaklah wajar sebenarnya para elit partai politik lulusan akademisi pula mengusulkan debat Capres dan Cawapres dengan menggunakan bahasa Inggris dan Arab, sementara negaranya memiliki bahasa nasional yang telah diatur didalam UU.

Jika para elit Parpol ini mau sejenak berpaling kenegara Cina dan Jepang, dimana para pemimpinnya tidak menggunakan bahasa Negara lain dalam setiap pertemuan internasional. Mereka tetap menggunakan bahasa negaranya. Karena dengan menggunakan bahasa negaranya, mereka telah memperkenalkan negeranya kepada Negara luar melalui bahasa yang mereka pergunakan. Lantas kenapa para elit politik kita tidak mencontoh prilaku para pemimpin Cina dan Jepang dalam penggunaan bahasa negaranya. Bukan malah mengusulkan bahasa Negara lain untuk digunakan sebagai bahasa debat Capres dan Cawapres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun