Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koalisi Partai Jendral Kardus Vs Jendral Baper

9 Agustus 2018   23:14 Diperbarui: 10 Agustus 2018   12:40 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semangat dari Tagar Ganti Presiden Tahun 2019, kini mulai meredup. Bahkan melahirkan perpecahan ditubuh Partai yang ingin berkoalisi. Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera  (PKS). dan Partai Amanat Nasional (PAN), serta Partai Demokrad (PD).

Munculnya perpecahan dari Partai Koalisi penantang Calom Presiden (Capres) Petahana Joko Widodo, yang semula awalnya sempat mesra. Namun setelah Capres Prabowo Subianto yang diusung oleh Partai Gerindra, lebih memilih Sandiaga Uno kader Partai Gerindra yang sekarang menjabat sebagai Wakil Gubernur Daerah Khusus Ibukota untuk menjadi pendampingnya.

Munculnya nama Sandiaga Uno sebagai pendamping Prabowo, memang mengundang tanda Tanya. Karena sebelumnya nama Sandiaga Uno tidak termasuk dalam daftar Cawapres Prabowo. Baik dikalangan Partai Koalisi, maupun didalam rekomendasi ijma ulama.

Sebelum munculnya nama Sandiaga Uno, Cawapres pendamping Prabowo dikatakan sudah mengkerucut menjadi dua, setelah sebelumnya nama Ustad Abdul Somad dan  Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segat Al Jufri hasil rekomendasi dari ijma ulama, dan kemudian nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang juga Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum PD yang sedang menjalin koalisi.

Mundurnya Ustad Abdul Somad untuk dicalonkan sebagai pedamping Prabowo, maka Cawapres yang akan mendampingi Prabowo adalah Salim Segat Al Jufri dan AHY. Untuk mematangkan diantara dua nama ini, PD dan Gerindra terus  melakukan komunikasi dua arah. Prabowo dan SBY pun saling datang mendatangi kediaman Prabowo dan SBY.

Namun ditengah perjalanan komunikasi, muncul issue yang kurang enak terhadap PD. PKS teman koalisi setia Gerindra, menolak jika AHY dipasangkan dengan Prabowo. Sementara PAN tidak begitu jadi perhitungan bagi Prabowo.

Jalinan Koalisi yang sedang dibangun oleh Gerindra dengan PD pun mulai merenggang. Puncak  dari pecahnya koalisi yang dibangun oleh Gerindra dengan PD pun terjadi pada menjelang jam jam terahir dideklarasikannya pasangan Prabowo sebagai Capres 2019 , Kamis 9 Agustus 2018, sehari sebelum penutupan pendaftaran pasangan Capres di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat 10 Agustus 2018.

Prabowo memilih Sandiaga Uno . Kader partainya yang sebelumnya tidak masuk  dalam daftar Cawapres pendamping Prabowo. Munculnya nama Sandiaga Uno sebagai Cawapres Prabowo, tentu melahirkan tanggapan tanggapan yang negative. Malah petinggi PD Andi Arif menyebutkan, Sandiaga membayar mahal mahar untuk meloloskan dirinya sebagai Cawapresnya Prabowo.

Andi menyebutkan jika Sandiaga Uno membayar uang mahar kepada PKS dan PAN masing masing sebesar Rp 500 Milyar, sehingga kedua Partai ini tidak menolak munculnya nama Sandiaga Uno sebagai Cawapresnya Prabowo. Walaupun kedua petinggi PKS dan PAN telah membantah tuduhan itu.

Tuduhan Andi Arief tidak saja tentang mahalnya mahar yang harus dibayar oleh Sandiaga Uno kepada PKS dan PAN, Malah Andi menyindir Prabowo sebagai Jendral Kardus Andi Arief melalui akun twitternya @AndiArief_, menuliskan soal batalnya pertemuan antara SBY dengan Prabowo yang dijadwalkan akan dilangsungkan di kediaman SBY di bilangan Kuningan, Jakarta, batal dilakukan. Menurut Andi, Demokrat menolak kehadiran Prabowo.

"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus," tulis Andi Arief melalui akun twitter @AndiArief_, Kamis (8/8/2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun