Sebelumnya :
      Suasana hening, malam semakin merangkak meninggalkan waktu, mengantar rembulan yang sebentar lagi tugasnya akan digantikan oleh matahari untuk menerangi alam. Nafisah berangkat keperaduannya, tapi malam itu dia tidak tidur sendirian, disampingnya ada Kasiran yang memeluknya dan menyemangati hidupnya.
***
Kemudian : Â Â Â
Lama Kasiran dan Nafisah menunggu diujung kampung, sesuai janji kedua orang tua Nafisah malam ini mereka akan datang untuk bertemu dengan Nafisah. Belum terlihat bayangan adanya orang yang keluar dari perkebunan, walau menunggu adalah suatu hal membosankan, namun keduanya tetap menunggu di ujung kampung.
      Ditengah kegelapan malam mereka melihat cahaya lampu yang memudar, semakin dekat cahaya itu, mereka melihat dua orang berboncengan naik sepeda, orang yang mereka lihat itu keluar dari arah perkebunan. Malam itu bulan belum terlihat, tapi caya bintang yang bertaburan dapat menerangi jalanan berpasir.
      " Mungkin itu mereka ".
      " Ya, kelihatan seperti orang tuamu",  sambil mengamati cahaya lampu sepeda yang menyala dari berconya.
      " Betul, mereka telah datang ". Nafisah mengenal betul bentuk tubuh kedua orang tuanya, Kasiran melambaikan tangannya. Sepeda itupun berhenti persis dihadapan mereka. Wanita yang duduk diboncengan turun dari sepeda, dia mengamati Nafisah dalam keremangan malam.
      " Nafisah ", tanpa bicara Nafisah memeluk wanita itu, tangis keduanya tumpah dikeremangan malam itu.
      " Apa kabarmu nak ?". tangis keduanya reda. Laki laki tua itu memeluk Nafisah.