Mohon tunggu...
Wira Pandawa
Wira Pandawa Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis mengungkap sisi lain mikrokosmos

Hobi itu pekerjaan yang dibayar Menulis Energi yang terpancar gratis dari alam sekitar

Selanjutnya

Tutup

Money

Balada Covid-19

24 Maret 2020   12:50 Diperbarui: 24 Maret 2020   13:29 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewasa ini sudah hampir satu bulan sebagian besar wilayah Indonesia terserang bala pandemi Corona Virus Disease 19 (Covid-19). Bahkan Covid-19 menimbulkan Mass Panic atau kepanikan massal diseluruh Indonesia. Dan juga persebaran virus ini telah mengalami pertumbuhan terlihat dari jumlah korban yang terus meningkat dari hari ke hari. Dalam mitigasi bencana, pemerintah pusat membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang dipimpin langsung oleh Letjend Doni Monardo, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Tindakan mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat sudah cukup baik dalam menanggapi pandemi yang tengah menghantui masyarakat. Namun, berkaca dari negara-negara yang terlebih dahulu terserang pandemi Covid-19, Indonesia agaknya lamban dalam menentukan status Lockdown (tidak boleh ada yang masuk/keluar dari Indonesia). Nampaknya penetapan status Lockdown ini sangat berat dilakukan karena ada pertimbangan kestabilitasan ekonomi.

Bila menarik jauh linimasa sejarah, Negara Kekaisaran Jepang pernah mengalami hal serupa tapi tak sama. Yaitu ketika Hiroshi dan Nagasaki yang pada saat itu merupakan pusat roda perekonomian Jepang diluluhlantahkan oleh Bom Atom Amerika Serikat. Paska kejadian tersebut kita pasti bertanya mengapa Jepang dapat memulihkan perekonomian Jepang dalam waktu 1 dekade padahal ahli ekonomi pada saat itu menerka bahwa perekonomian Jepang memerlukan lebih dari 50 tahun untuk pulih. Namun sebuah langkah Kaisar Hirohito (Kaisar Jepang pada saat itu) yang perlu digarisbawahi. Sesaat setelah serangan atom tersebut Kaisar Hirohito mengumpulkan seluruh Jendral yang tersisa dan Kaisar Hirohito menanyakan "Berapa Guru yang tersisa".

Kita sebagai orang awam pasti bertanya-tanya mengapa pemimpin Jepang saat itu menanyakan hal tersebut. Namun Kaisar Hirohito memiliki alasan tersendiri yakni utamanya yang harus diselamatkan adalah Sumber Daya Manusia, karena guru akan membentuk kekuatan pemikiran untuk generasi yang akan terus hidup.

Hemat saya, sebaiknya pemerintah pusat mengutamakan keselamatan warga negara karena apabila pandemi ini terus menggerogoti nyawa warga Indonesia, maka tidak ada artinya memiliki ekonomi kuat tanpa kekuatan sumber daya manusia. Harapannya pemerintah pusat cepat memutuskan status Lockdown, agar tidak ada penyesalan dikemudian hari seperti yang telah terjadi di Italia belakangan ini, serta Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi segenap tumpah darah Indonesia untuk mampu melewati pandemi Covid-19.

Oleh : Ichwab Abdilah - Kader HMI Universitas Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun